Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Berharap Nobel untuk Sarah Gilbert, Ilmuwan di Balik Vaksin AstraZeneca

Kompas.com - 19/07/2021, 10:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUNGGUH suatu hadiah fakta sangat membanggakan bagi saya sebagai warga Indonesia bahwa seorang pemuda Indonesia, ilmuwan bioteknologi alumnus ITB, DR Indra Rudiansyah tergabung di dalam tim pengembangan vaksin AstraZeneca di bawah pimpinan Prof Sarah Gilbert di universitas Oxford, Inggris.

Istimewa

Banyak pihak mengembangkan vaksin Corona namun Prof Sarah Gilbert menjadi istimewa karena menolak hak paten atas mahakarya vaksin AstraZeneca.

Sambutan standing ovation oleh hadirin upacara pembukaan laga tenis Wimbledon dipersembahkan bukan tokoh olahraga tenis tetapi penemu vaksin AstraZeneca merupakan bukti tak terbantahkan bahwa masyarakat global sangat menghormati dan menghargai bukan terbatas hanya sebagai mahakarya sains namun juga sebagai mahakarya kemanusiaan.

Baca juga: Sarah Gilbert, Penemu AstraZeneca, Dapat Standing Ovation di Wimbledon

 

Penghargaan serta penghormatan memang layak dianugerahkan kepada Prof Sarah Gilbert yang telah ikhlas melepaskan hak paten terhadap vaksin AstraZeneca demi menyelamatkan tak terhitung nyawa para kotban virus Corona.

Ikhlas melepaskan hak paten terhadap vaksin yang sedang amat sangat terlalu dibutuhkan oleh umat manusia di planet bumi jelas merupakan sesuatu yang langka apalagi pada masa semangat bisnis industri farmasi sedang menggelora selaras dengan sukma kapitalisme dan invidualisme yang lebih mengutamakan profit bagi segelintir manusia ketimbang benefit bagi seluruh umat manusia.

Baca juga: 5 Hal Inspiratif dari Sarah Gilbert, Ilmuwan Penemu Vaksin AstraZeneca

Nobel

Saya teringat fakta sejarah pada 1991 Aung San Syu Ki memperoleh anugerah Nobel untuk perdamaian. Menarik menyandingkan Aung San Syu Ki dengan Sarah Gilbert dalam keterkaitan dengan Universitas Oxford.

Aung San Syu Ki memperoleh anugerah Nobel berkat dukungan perjuangan suaminya yang profesor di Universitas Oxford. Suami Syu Ki menominasikan istrinya ke dewan penilai Nobel maka bukanlah sesuatu yang mustahil apabila para profesor dan mahasiswa Universitas Oxford bersatupadu dalam berjuang agar Sarah Gilbert yang kebetulan profesor virologi di Universitas Oxford untuk memperoleh anugerah Nobel .

Jasa

Dalam hal jasa mungkin Aung San Syu Ki memang berjasa untuk masyarakat Myanmar dalam menghadapi junta Militer di Myanmar namun Sarah Gilbert bukan hanya berjasa bagi masyarakat Inggris tetapi bagi umat manusia di seluruh pelosok dunia dalam menghadapi virus Cirona. Sementara jasa Aung San Syu Ki bersifat politis maka Sarah Gilbert bersifat kemanusiaan.

Insya Allah, para anggota dewan Nobel berkenan menganugerahkan Nobel kepada Sarah Gilbert.

Layak diyakini bahwa anugerah Nobel bagi Sarah Gilbert akan memperoleh dukungan masyarakat dunia tidak kalah bahkan lebih banyak ketimbang Aung San Syu Ki.

Insya Allah, Universitas Oxford berkenan memprakarsai gerakan menghimpun tanda tangan digital sebagai petisi global mendukung Prof Sarah Gilbert menerima anugerah Nobel. Saya siap ikut menerakan tandatangan saya agar Prof Sarah Gilbert memeroleh anugerah Nobel!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com