Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Covid-19 Terlama Meninggal Dunia, Terinfeksi Selama 613 Hari

Kompas.com - 21/04/2024, 09:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang pasien Covid-19 dengan sistem kekebalan tubuh lemah telah menginkubasi strain virus baru yang bermutasi selama 613 hari sebelum meninggal dunia.

Pasien tersebut, seorang pria berusia 72 tahun dengan kelainan darah, gagal meningkatkan respons imun yang kuat terhadap beberapa suntikan vaksin Covid-19.

Dia akhirnya tertular varian omicron pada Februari 2022, seperti kata para peneliti di Pusat Pengobatan Eksperimental dan Molekuler (CEMM), University of Amsterdam, Belanda.

Berdasarkan laporan para peneliti, Kamis (18/4/2024), pria tersebut mengidap SARS-CoV-2 atau Covid-19 terlama hingga saat ini, meski beberapa kasus sebelumnya mencatatkan durasi infeksi ratusan hari.

Baca juga: Pasien Covid-19 Terlama: Dirawat Selama 549 Hari, Kini Pulang dan Hidup dengan Ventilator


Virus corona pada tubuh pasien tahan antibodi

Diberitakan Time, virus corona pada tubuh pasien yang tidak disebutkan namanya ini mengembangkan resistansi terhadap sotrovimab, pengobatan antibodi Covid-19, dalam beberapa minggu.

Kondisi tersebut ditemukan setelah analisis terperinci terhadap spesimen yang dikumpulkan dari setidaknya dua lusin usap hidung dan tenggorokan.

Para peneliti mencatat, pasien yang terinfeksi dapat menghilangkan virus dalam jangka waktu beberapa hari hingga beberapa minggu.

Namun, individu dengan sistem kekebalan lemah seperti kasus ini dapat mengembangkan infeksi yang terus-menerus dengan replikasi dan evolusi virus yang berkepanjangan.

Baca juga: Penyakit X Diprediksi 20 Kali Lebih Mematikan Dibanding Covid-19, Apa itu?

Pasien dalam kasus ini juga memiliki riwayat pengobatan untuk sindrom mielodisplasia, sekumpulan kelainan akibat pembentukan sel darah yang buruk atau tidak berfungsi dengan baik.

Sindrom tersebut tumpang tindih dengan mieloproliferatif, kanker darah langka karena tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah merah, sel darah putih, atau trombosit.

Dua gangguan dalam darah tersebut membuat pasien mengalami imunokompromais atau sistem kekebalan tubuh yang melemah.

Akibatnya, virus pada tubuh pasien melakukan lebih dari 50 mutasi. Bahkan, beberapa di antaranya menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menghindari pertahanan kekebalan tubuh.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Bayar Mulai 1 Januari 2024, Berapa Harganya?

Meninggal karena kondisi kelainan darah

Para peneliti melaporkan, tidak ada respons klinis terhadap pengobatan yang diberikan oleh dokter.

"Pada akhirnya, pasien tersebut meninggal karena kondisi hematologisnya kambuh," kata peneliti merujuk pada kelainan darahnya, dikutip dari People.

Meski terinfeksi 613 hari hingga September 2023, para peneliti tidak menemukan adanya penularan yang terdokumentasi kepada orang lain.

Kendati demikian, kasus ini menggarisbawahi risiko infeksi SARS-CoV-2 yang persisten pada individu dengan sistem imun lemah.

Para peneliti turut menekankan pentingnya melanjutkan pengawasan genom terhadap evolusi Covid-19 pada orang dengan infeksi persisten atau terus-menerus.

Hal tersebut mengingat potensi ancaman kesehatan masyarakat karena varian virus yang dihasilkan masih memungkinkan untuk lolos ke masyarakat.

"Kami menekankan pentingnya melanjutkan pengawasan genom terhadap evolusi SARS-CoV-2 pada individu dengan gangguan sistem imun yang mengalami infeksi persisten," tutur peneliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com