KOMPAS.com - Sebuah studi baru yang diterbitkan jurnal Reproduction menemukan bahwa kasus infeksi virus corona parah dapat memengaruhi kualitas sperma pria.
Penelitian ini merupakan laporan pertama yang menemukan bahwa paparan virus cocona dapat merusak kualitas air mani.
"Hingga sekarang, laporan ini memberikan bukti langsung pertama bahwa infeksi Covid-19 merusak kualitas air mani dan potensi reproduksi pria," tulis studi tersebut, dilansir dari CNN, 30 Januari 2021.
Baca juga: Menurut Studi Ini, 1 dari 3 Kasus Covid-19 adalah Tanpa Gejala
Melansir Daily Mail, para ahli di Justus-Liebig University di Giessen, Jerman, meneliti 84 pria yang terinfeksi Covid-19 dan 105 subjek kontrol negatif virus yang sesuai usia.
Penelitian dilakukan dengan menganalisis air mani pada interval 10 hari selama 60 hari.
Studi menemukan adanya penurunan kualitas air mani yang signifikan hingga 60 hari setelah sakit.
Saat para peneliti membandingkan kedua kelompok dalam studi, ditemukan bahwa indikator yang dapat menurunkan kualitas sperma secara signifikan lebih umum di antara pria yang menderita Covid-19.
Indikator tersebut termasuk tanda-tanda pembengkakan, kematian sel sperma, dan stres oksidatif, yakni saat bahan kimia yang mudah menguap menumpuk di jaringan hidup karena sel tidak bekerja dengan baik.
Selain itu, konsentrasi sperma berkurang hingga 516 persen dan mobilitasnya turun 209 persen, meskipun semua pria masih dipastikan subur.
Baca juga: Studi: Infeksi Covid-19 Picu Respons Antibodi Virus Corona Lainnya
Penurunan mobilitas dan konsentrasi sperma, serta perubahan bentuk secara signifikan yang sangat penting bagi kemampuannya untuk bergerak melalui leher rahim dan rahim, menyebabkan keadaan yang disebut OAT atau oligoasthenoteratozoospermia
Oligoasthenoteratozoospermia merupakan penyebab umum rendahnya kesuburan di kalangan pria.
"Efek ini pada sel sperma dikaitkan dengan kualitas sperma yang lebih rendah dan potensi kesuburan yang berkurang," kata peneliti utama dalam studi PhD Behzad Hajizadeh Maleki.
"Meskipun efek ini cenderung meningkat dari waktu ke waktu, namun tetap secara signifikan dan abnormal lebih tinggi pada pasien Covid-19, dan besarnya perubahan ini juga terkait dengan tingkat keparahan penyakit," lanjut dia.
Meski penemuan ini mengkhawatirkan, para ilmuwan lainnya menginginkan lebih banyak penelitian dan bukti jangka panjang tentang efek nyata Covid-19 pada kesuburan.
Baca juga: Studi Temukan Vaksin Pfizer Kemungkinan Besar Efektif Lawan Varian Baru Virus Corona
Dituliskan Medscape, kesuburan pria dipengaruhi oleh demam karena testis tidak dapat berfungsi dengan baik pada suhu internal yang tinggi.