Di sisi lain, masyarakat yang tempat tinggalnya sudah rusak atau rusak sebagian, diimbau untuk tidak menempati lagi karena jika terjadi gempa susulan signifikan dapat mengalami kerusakan yang lebih berat bahkan dapat roboh.
Selain itu, masyarakat perlu waspada dengan kawasan perbukitan dengan tebing curam karena gempa susulan signifikan dapat memicu longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rock fall).
Apalagi saat ini musim hujan yang dapat memudahkan terjadinya proses longsoran karena kondisi tanah lereng perbukitan basah dan labil.
Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?
Berdasarkan hasil monitoring BMKG yang dilakukan pada Kamis (14 Januari 2021) pukul 13.35.49 WIB hingga Jumat (15 Januari 2021) pukul 06.00 WIB menunjukkan, telah terjadi gempa sebanyak 28 kali di Majene.
Kendati demikian, BMKG akan terus memantau aktivitas gempa yang terjadi dan dilaporkan kepada masyarakat.
Lantaran banyaknya gempa yang terjadi, Daryono mengimbau masyarakat untuk tetap tenang tetapi waspada.
Ia menambahkan, gempa susulan masih akan terus terjadi seperti lazimnya pasca gempa kuat akan diikuti rangkaian gempa susulan.
"Untuk itu masyarakat diminta mewaspadai kemungkinan gempa susulan yang kekuatannya signifikan," kata Daryono.
Baca juga: Apakah Gempa Selalu Diikuti Gempa Susulan? Ini Penjelasan BMKG
Dengan kembalinya terjadi gempa kuat di Majene ini, maka gempa yang terjadi pada Kamis (14 Januari 2021) pukul 13.35.49 WIB statusnya menjadi gempa pendahuluan/pembuka (foreshock).
Sedangkan, gempa yang terjadi pada Jumat (15/1/2021) pagi dini hari tadi, statusnya sebagai gempa utama (mainshocks).
Daryono berharap, status ini tidak berubah dan justru akan meluruh, melemah hanya terjadi gempa susulan (aftershocks) dengan kekuatan yang terus mengecil dan kembali stabil.
Baca juga: Gempa Susulan di Ambon Terjadi hingga 1.120 Kali, Apa Analisisnya?
Mengingat pesisir Majene pernah terjadi tsunami pada 1969, masyarakat yang bermukim di wilayah Pesisir Majene perlu waspada jika merasakan gempa kuat agar segera menjauh dari pantai tanpa menunggu peringatan dini tsunami dari BMKG.
Sementara, banyaknya informasi yang beredar di media sosial, Daryono mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah percaya terhadap berita bohong mengenai prediksi dan ramalan gepa yang akan terjadi.
"Masyarakat sebaiknya tidak percaya berita bohong atau hoaks mengenai prediksi dan ramalan gempa yang akan terjadi dengan kekuatan lebih besar dan akan terjadi tsunami," imbuh dia.
Baca juga: Benarkah Tsunami Rawan Terjadi di Bulan Desember?