Selain tidak boleh dimonopoli, kepahlawanan atau sumbangsih juga tidak perlu didramatisasi. Seperti dikatakan Romo Mangun, tiap angkatan punya medan juang dan pahlawan mereka sendiri.
Beda medan juang, beda tantangan menuntut sumbangsih atau kepahlawanan yang berbeda pula. Kecintaan kepada tanah air dan bangsa bisa berbeda-beda ungkapannya.
Apakah demonstrasi adalah sumbangsih atau ungkapan kepahlawanan hari ini? Bisa iya dan tidak.
Tetapi, untuk generasi milenial yang turun berdemonstrasi karena kecintaan kepada negeri, ini bisa jadi catatan sumbangsih awal generasi ini untuk negeri.
Oya, sepekan lalu, banyak peristiwa lain terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, soal pandemi masih jadi perhatian.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla memperkirakan, butuh waktu hingga 2022 agar Indonesia pulih dari pandemi Covid-19.
Perkiraan kalkulatif Wakil Presiden RI dua Presiden itu didasarkan pada ketersediaan vaksin sekitar pertengahan 2021. Untuk keperluan vaksinasi, diperlukan waktu sekitar satu tahun untuk 70 persen populasi.
Dari luar negeri, dunia dibuat ramai karena pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron terkait kartun Nabi Muhammad SAW. Indonesia turut mengecam pernyataan Presiden Perancis yang melukai perasaan lebih dari dua miliar umat Islam di seluruh dunia.
Saya sependapat bahwa kebebasan berpikir dan kebebasan kultural adalah satu hal yang harus dijunjung dengan sikap saling menghargai, toleransi dan damai.
Namun, mengharapkan kebebasan berpikir dan kebebasan kultural berjalan seiring dengan sikap saling menghargai, toleransi dan damai, tampaknya bukan hal mudah di Perancis yang mengagung-agungkan sekularisme (laicite).
Fakta bahwa peristiwa ini berulang adalah bukti ketidakmudahan itu dan dunia dipaksa menerima akibatnya.
Episode pertama menghadirkan Soleh Solihun. Rencana program 25 menit menjadi lebih dari satu jam karena obrolan mengalir tanpa jeda.
Banyak tawa, banyak canda, banyak hal-hal penting dalam hidup yang dilihat secara sederhana dan ringan saja. Kesadaran dan spiritualitas bahwa kita tidak bisa menguasai semua menjadi landasannya.
Soal tawa, saya mengutip tulisan Romo Mangun di novel yang saya kutip di awal tulisan ini:
"Manusia tertawa jika dia terjepit dalam situasi antara logika dan kenyataan yang berbenturan tanpa dia dapat menguasainya."
Salam tawa,
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.