Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut Alat Pelindung Diri yang Diklaim Efektif Dipakai Saat Keluar Rumah di Tengah Pandemi Corona

Kompas.com - 13/10/2020, 11:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 belum lama ini mengeluarkan pernyataan terkait imbauan terkait penggunaan masker scuba dan buff.

Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masker scuba dan buff kurang efektif dalam menangkal virus corona. Pasalnya keduanya hanya memiliki satu lapisan, dan terlalu tipis.

Oleh karena itu, penggunaan keduanya tidak direkomendasikan.

Baca juga: Ramai soal Masker Scuba, Bolehkah Dipakai di Kereta Api Jarak Jauh?

Lantas,pelindung apa saja yang bisa dipakai saat keluar rumah di tengah pandemi corona?

Menurut epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama yang paling utama adalah masker. Urutan prioritasnya adalah masker, face shield, kacamata, dan jaket.

"Disarankan (memakai) masker dan face shield," ujarnya pada Kompas.com, belum lama ini.

Masker, imbuhnya difungsikan untuk menutupi hidung dan mulut.

Sedangkan face shield untuk mata dan mengurangi kecepatan masker jadi kotor.

"Kalau ada face shield enggak perlu kacamata sih. Fungsinya mirip," kata Bayu.

Baca juga: Masih Perlukah Masker Saat Memakai Face Shield?

Dia menggarisbawahi alat-alat pelindung tersebut bukan untuk menahan virus. Akan tetapi untuk menahan partikel dalam hal ini droplet.

Sedangkan face shield kacamata tidak/belum ada penelitian yang menyatakan efektivitasnya.

Dihubungi terpisah, epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menjelaskan, untuk penutup anggota badan tidak harus jaket.

"Tidak harus jaket, tapi baju lengan panjang. Sebaiknya itu (masker, kacamata, face shield, jaket/baju lengan panjang) dipakai semua," kata Windu pada Kompas.com, Jumat (18/9/2020).

Baca juga: Penumpang KRL Kini Wajib Pakai Baju Lengan Panjang, Memangnya Efektif?

Petugas hotel mengenakan alat pelindung wajah (face shield) dan masker menyemprotkan cairan disinfektan saat membersihkan pintu masuk Hotel Oasis, di Banda Aceh, Aceh, Rabu (15/07).AMPELSA/ANTARA FOTO Petugas hotel mengenakan alat pelindung wajah (face shield) dan masker menyemprotkan cairan disinfektan saat membersihkan pintu masuk Hotel Oasis, di Banda Aceh, Aceh, Rabu (15/07).

Dia juga mengatakan tentang efektivitas alat pelindung diri (APD).

Pada APD dengan kualitas standar yang dipakai secara benar bisa menurunkan risiko penularan sampai 70 persen.

"Yang lebih kuat dari itu adalah jaga jarak sosial dan fisik yang aman, karena bisa menurunkan risiko sampai 85 persen," katanya.

Jadi, lanjutnya, gabungan dari dua itu (APD dan jaga jarak aman) adalah yang benar-benar mampu menurunkan risiko cukup besar.

Baca juga: Kisah di Balik APD Fashionable yang Viral di Medsos...

Efektivitas masker

Berikut ini adalah beberapa jenis masker dan efektivitasnya dilansir Health Grades, Kamis (3/9/2020):

1. Bandana

Bandana adalah kain berbentuk segitiga atau persegi yang sering dipakai sebagai penutup kepala atau leher.

Mengikat bandana di atas mulut dan hidung hanya ampuh untuk mencegah debu dan partikel lain masuk ke sistem pernapasan. Itulah mengapa koboi menggunakannya.

Tanpa penutup hidung atau mulut apa pun, tetesan dapat menyemprot lebih dari 8 kaki atau sekitar 2 meter, menurut penelitian dari Florida Atlantic University.

Mengenakan bandana dapat menurunkannya menjadi sekitar 4 kaki atau sekitar 1 meter

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

2. Masker kain buatan sendiri

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di The Journal of Family Practice, masker satu lapis hanya dapat menyediakan 1 persen filtrasi partikel.

Sementara itu masker kapas dua lapis menyaring sekitar 35 persen partikel kecil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com