Biji popcorn juga merupakan investasi murah bagi pemasok. Satu kantong seharga 10 dolar dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Karena bioskop masih tidak mengizinkan popcorn masuk ke bioskop, para pedagang kaki lima pun tak kehabisan akal.
Mereka membeli mesin popcorn dan menjual popcorn di luar bioskop. Para penonton bisa membeli popcorn sebelum mereka masuk ke bioskop.
Selain ingin mempertahankan penampilan, bioskop awal tidak dibangun untuk mengakomodasi mesin popcorn pertama, yaitu teater tidak memiliki ventilasi yang baik.
Tetapi karena semakin banyak pelanggan datang ke teater dengan popcorn di tangan, pemilik tidak dapat mengabaikan daya tarik finansial dari menjual camilan tersebut.
Baca juga: Makanan Paling Aneh yang Pernah Diseludupkan Penonton Bioskop Indonesia
Jadi pengelola bioskop menyewakan lobi kepada penjual popcorn, memungkinkan mereka menjual popcorn di lobi bioskop. Para penjual membayar dengan biaya harian.
Vendor tidak mengeluh tentang peraturan ini, karena menjual popcorn di luar bioskop memperluas potensi bisnis mereka. Mereka juga masih bisa menjual untuk orang-orang di jalanan.
Akhirnya, pemilik bioskop menyadari bahwa jika mereka memotong perantara, keuntungan mereka akan meroket.
Bagi banyak bioskop, transisi ke menjual makanan ringan membantu menyelamatkan mereka dari Depresi yang melumpuhkan.
Pada pertengahan tahun 1930-an, bisnis bioskop mulai bangkrut. "Tapi mereka yang mulai menyajikan popcorn dan makanan ringan lainnya," jelas Smith.
Dia mencontohkan Bioskop Dallas memasang mesin popcorn di 80 bioskop, tapi menolak untuk memasang mesin di 5 bioskop terbaik mereka yang dianggap terlalu berkelas jika menjual berondong jagung.
Dalam dua tahun, bioskop dengan popcorn melihat keuntungannya melambung, sedangkan 5 bioskop tanpa popcorn menyaksikan keuntungan mereka merosot.
Akhirnya, pemilik bioskop mulai memahami bahwa konsesi adalah tiket mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan akhirnya memasang stan konsesi di bioskop mereka.
Perang Dunia II semakin memperkuat perkawinan antara popcorn dan bioskop. Makanan ringan lain yang bersaing seperti permen dan soda menderita kekurangan gula, karena eksportir gula tradisional terputus.
Pada 1945, popcorn dan film terikat erat. Lebih dari separuh popcorn yang dikonsumsi Amerika dimakan di bioskop.