Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Popcorn Bisa Dijual dan Populer di Bisokop

Kompas.com - 11/10/2020, 20:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Masuk kamus dan sirkus

Setelah popcorn sampai ke bagian timur Amerika Utara, popcorn menyebar dengan cepat. Pada 1848, popcorn masuk ke dalam Kamus Amerikanisme.

Popcorn benar-benar meledak dan tersedia di mana-mana, terutama di tempat hiburan seperti sirkus dan pameran.

Akan tetapi hanya ada satu tempat hiburan yang tidak menyajikan camilan, yaitu bioskop.

Salah satu alasan popularitas popcorn yang meningkat adalah mobilitasnya pada 1885. Saat itu Charles Cretor menemukan mesin pembuat popcorn bertenaga uap.

Sifat mesin yang bergerak ini menjadikannya mesin produksi sempurna untuk melayani pelanggan di acara olahraga luar ruangan, sirkus, dan pameran.

Berondong jagung tidak hanya dapat dibawa ke manapun, tapi juga dapat diproduksi secara massal tanpa dapur. Ini merupakan keuntungan yang tidak dimiliki oleh camilan renyah lainnya seperti keripik kentang.

Baca juga: Bioskop di Bandung Mulai Buka di Tengah Pandemi, Ini Kata Ridwan Kamil

Alasan lain dari dominasinya terhadap makanan ringan lainnya adalah aromanya yang menarik ketika muncul, sesuatu yang digunakan pedagang kaki lima untuk keuntungan mereka saat menjual popcorn.

Namun, bioskop masih tidak mengizinkan jajanan jalanan yang populer itu masuk ke dalam auditorium mereka.

"Bioskop tidak ingin berurusan dengan popcorn, karena mereka mencoba meniru apa yang dilakukan di bioskop yang sebenarnya. Mereka memiliki karpet dan permadani yang indah dan tidak ingin popcorn digiling ke dalamnya," ungkap Smith.

Bioskop mencoba menarik pelanggan kelas atas dan tidak ingin berurusan dengan sampah konsesi yang mengganggu.

Mereka juga tidak ingin ada kebisingan mengganggu yang ditimbulkan dari suara orang makan selama pemutaran film.

Ketika film bioskop mulai menambahkan suara pada 1927, industri bioskop mulai membuka dirinya untuk pelanggan yang lebih luas. Dulunya hanya ada film bisu (tanpa suara).

Pada 1930, penonton di bioskop telah mencapai 90 juta per minggu, meski begitu pemilik bioskop masih ragu untuk membawa makanan ringan ke dalam bioskop.

Popcorn masuk bioskop

Lalu masa Great Depression atau krisis ekonomi berkepanjangan Amerika pun tiba. Itu membuka peluang bagus untuk film dan popcorn.

Saat itu popcorn masih menjadi makanan murah, harganya 5 sampai 10 sen per pack. Popcorn menjadi barang mewah yang mampu dibeli oleh kebanyakan orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com