Ada juga bukti bahwa masker dapat melindungi Anda dari kuman orang lain.
Salah satu penelitian menunjukkan bahwa N95 mampu menangkap lebih dari 90 persen partikel virus, bahkan jika ukurannya sekitar seperlima ukuran virus corona.
Penelitian lain menunjukkan bahwa masker bedah menghalangi antara 50 hingga 80 persen partikel, sedangkan masker kain menghalangi 10 hingga 30 persen partikel kecil.
Spesialis penyakit menular di Baylor College of Medicine Dr. Robert Atmar mengatakan mengenakan masker lebih baik daripada tidak sama sekali.
Itu karena virus corona biasanya menginfeksi orang dengan masuk lewat mulut atau hidung. Menutupi area itu dapat menjadi garis pertahanan pertama melawan virus.
Mengenakan penutup wajah juga akan mencegah Anda menyentuh wajah, yang merupakan cara lain penularan virus corona.
Ketika dikombinasikan dengan mencuci tangan dan tindakan perlindungan lainnya, seperti menjaga jarak fisik, masker membantu mengurangi penularan penyakit.
Baca juga: Studi: Penggunaan Masker dan Jaga Jarak Kurangi Risiko Tertular Virus Corona
Herd immunity atau kekebalan kawanan adalah saat suatu populasi memiliki cukup banyak antibodi terhadap virus corona, maka virus akan mencapai jalan buntu dan tidak bisa menginfeksi lagi.
Idealnya itu terjadi saat sudah ada vaksin. Tapi itu mungkin tidak terjadi, bahkan jika vaksin tersedia, seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman dengan vaksin flu.
Paul Offit dari Children's Hospital of Philadelphia dan University of Pennsylvania menjelaskan vaksin dapat menghilangkan campak, rubella, dan cacar. Akan tetapi tidak pada influenza dan batuk rejan.
Saat influenza dan batuk rejan telah menyebar dan banyak orang divaksinasi, secara teori penyakit itu dapat dihentikan. Akan tetapi ternyata tidak menghentikan wabah.
Itu karena antibodi yang melindungi orang terhadap virus yang menginfeksi permukaan mukosa seperti selaput hidung cenderung berumur pendek.
Covid-19 adalah penyakit pernapasan karena virus. Banyak deskripsi awal dari gejala yang difokuskan pada pasien yang sesak napas dan akhirnya ditempatkan pada ventilator.
Tetapi virus tidak membatasi serangannya ke paru-paru dan dokter telah mengidentifikasi sejumlah gejala serta sindrom yang terkait dengannya.
Pada beberapa pasien, virus mendorong sistem kekebalan tubuh menjadi overdrive. Itu menyebabkan paru-paru terisi dengan cairan lalu merusak banyak organ, termasuk otak, jantung, ginjal, dan hati.
Baca juga: Apakah New Normal Sama dengan Herd Immunity? Ini Penjelasan Ahli