Dikonfirmasi terpisah, pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menyatakan bahwa hal ini mengindikasikan virus corona terus bermutasi.
Kendati demikian, ia menilai seharusnya dilihat dari keseluruhan pihak yang mensubmit jenis virus, tidak hanya dari Eijkman saja.
"Jadi kita ingin melihat polanya. Apakah mutasinya di Indonesia atau di luar Indonesia, ini penting," kata Pandu.
Lebih lanjut, hal ini juga menuntut dalam pembuatan vaksin harus mengantisipasi semua jenis virus corona yang ada.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Zona Hitam di Surabaya dan Mengapa Bisa Terjadi?
Pandu mengungkapkan, nantinya vaksin tak hanya diperuntukkan di Indonesia, namun juga untuk seluruh dunia.
"Bukan hanya virus yang ada di Indonesia, bukan berarti Indonesia buat vaksin untuk Indonesia, enggak. Tapi juga untuk semua jenis virus corona yang ada di dunia," terang dia.
Oleh sebab itu, kata Pandu, dalam pembuatan vaksin harus dilakukan secara global. Tidak mungkin satu negara membuat vaksin sendiri-sendiri.
Terlepas dari itu, Pandu menilai usaha dari Indonesia dalam melaporkan jenis-jenis virus corona sudah tepat.
Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi