Pada 14 April, sekitar sebulan setelah Peru memberlakukan kebijakan wajib tinggal di rumah dan menerapkan jam malam, banyak orang pergi ke pasar di sekitar Lima.
Pembeli mengantre selama berjam-jam dan banyak orang berkerumun. Sebagian besar memakai masker, tapi jarak sosial sepertinya tidak mungkin.
"Kita harus bertahan karena tidak ada jalan lain. Jika tidak, kita tidak akan memiliki makanan," ujar seorang wanita yang mengantre.
Baca juga: Indonesia Terserah, Kebijakan Plin-plan, dan Pembiaran Negara...
Orang-orang juga berkerumun di bank ketika mereka mencoba mengakses bantuan dana bantuan dari pemerintah.
Paket stimulus pemerintah untuk membantu jutaan keluarga paling rentan di Peru adalah ide yang bagus, tetapi distribusinya dirancang dengan buruk.
Hal itu dianalisis oleh seorang ekonom dan asisten profesor Peru di University of California, Santa Cruz, Kristian Lopez Vargas.
Menurut sebuah laporan yang dirilis tahun lalu dari agensi yang mengatur bank-bank Peru, diketahui bahwa hanya sekitar 38 persen orang dewasa yang memiliki rekening bank.
Kurangnya akses ke sistem keuangan berarti mayoritas penerima bantuan harus pergi sendiri ke bank untuk mendapatkan uang mereka.
"Kebijakan-kebijakan ini menyebabkan kerugian yang tidak perlu dengan mendorong orang untuk berkumpul di kerumunan besar di bank," kata Lopez Vargas.
Baca juga: 3 Kebijakan Kontroversial Pemerintah Saat Pandemi Corona, Apa Saja?
Banyak warga Peru juga hidup dan bekerja dengan cara yang tidak bisa didamaikan dengan jarak sosial.
Menurut Lopez Vargas, lebih dari 30 persen rumah tangga di Peru hidup dalam kondisi penuh sesak. Satu kamar bisa dihuni 4 atau lebih orang.
Lebih dari 72 persen bekerja di ekonomi informal, menurut Institut Statistik dan Informasi Nasional Peru.
Bagi mereka yang hidup sehari-hari di sektor informal, mendapatkan penghasilan seringkali bergantung pada pergi bekerja dan tidak mengisolasi diri.
Itu semua dikombinasikan dengan kebutuhan jutaan orang untuk mendapatkan makanan dan barang-barang lainnya di pasar yang ramai menjadikan sebuah ledakan eksplosif.
Baca juga: Indonesia Terserah, Ekspresi Kekecewaan, dan Bentuk Protes kepada Pemerintah...
Presiden Vizcarra memperpanjang keadaan darurat sampai 30 Juni. Mereka tetap melanjutkan karantina wajib mandiri dan jam malam di seluruh negeri.