Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protokol Kesehatan, Bantuan Dana, dan Pelajaran dari Peru di Tengah Pandemi...

Kompas.com - 27/05/2020, 12:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Pada 14 April, sekitar sebulan setelah Peru memberlakukan kebijakan wajib tinggal di rumah dan menerapkan jam malam, banyak orang pergi ke pasar di sekitar Lima.

Pembeli mengantre selama berjam-jam dan banyak orang berkerumun. Sebagian besar memakai masker, tapi jarak sosial sepertinya tidak mungkin.

"Kita harus bertahan karena tidak ada jalan lain. Jika tidak, kita tidak akan memiliki makanan," ujar seorang wanita yang mengantre.

Baca juga: Indonesia Terserah, Kebijakan Plin-plan, dan Pembiaran Negara...

Dampak dari kebijakan

Orang-orang juga berkerumun di bank ketika mereka mencoba mengakses bantuan dana bantuan dari pemerintah.

Paket stimulus pemerintah untuk membantu jutaan keluarga paling rentan di Peru adalah ide yang bagus, tetapi distribusinya dirancang dengan buruk.

Hal itu dianalisis oleh seorang ekonom dan asisten profesor Peru di University of California, Santa Cruz, Kristian Lopez Vargas.

Menurut sebuah laporan yang dirilis tahun lalu dari agensi yang mengatur bank-bank Peru, diketahui bahwa hanya sekitar 38 persen orang dewasa yang memiliki rekening bank.

Kurangnya akses ke sistem keuangan berarti mayoritas penerima bantuan harus pergi sendiri ke bank untuk mendapatkan uang mereka.

"Kebijakan-kebijakan ini menyebabkan kerugian yang tidak perlu dengan mendorong orang untuk berkumpul di kerumunan besar di bank," kata Lopez Vargas.

Baca juga: 3 Kebijakan Kontroversial Pemerintah Saat Pandemi Corona, Apa Saja?

Banyak warga Peru juga hidup dan bekerja dengan cara yang tidak bisa didamaikan dengan jarak sosial.

Menurut Lopez Vargas, lebih dari 30 persen rumah tangga di Peru hidup dalam kondisi penuh sesak. Satu kamar bisa dihuni 4 atau lebih orang.

Lebih dari 72 persen bekerja di ekonomi informal, menurut Institut Statistik dan Informasi Nasional Peru.

Bagi mereka yang hidup sehari-hari di sektor informal, mendapatkan penghasilan seringkali bergantung pada pergi bekerja dan tidak mengisolasi diri.

Itu semua dikombinasikan dengan kebutuhan jutaan orang untuk mendapatkan makanan dan barang-barang lainnya di pasar yang ramai menjadikan sebuah ledakan eksplosif.

Baca juga: Indonesia Terserah, Ekspresi Kekecewaan, dan Bentuk Protes kepada Pemerintah...

Peru memetik pembelajaran

Presiden Vizcarra memperpanjang keadaan darurat sampai 30 Juni. Mereka tetap melanjutkan karantina wajib mandiri dan jam malam di seluruh negeri.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com