Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang 14 Tahun Gempa Yogyakarta dan Solidaritasnya untuk Bangkit

Kompas.com - 27/05/2020, 09:06 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 14 tahun lalu, tepatnya pada 27 Mei 2006 terjadi gempa bumi sebesar 5,9 skala Richter di Yogyakarta dan sekitarnya.

Itu merupakan bencana alam terbesar kedua yang terjadi setelah tsunami Aceh 2004. Saat itu tsunami menewaskan 170.000 orang.

Saat terjadinya gempa, masyarakat DIY sedang menghadapi ketakutan akan ancaman terjadinya wedhus gembel dan lahar Merapi. Tapi justru yang terjadi adalah gempa dari laut.

Baca juga: Viral Video Virtual Wedding dengan Green Screen di Yogyakarta, Ini Cerita Lengkapnya...

Dikabarkan Harian Kompas, Minggu (28/5/2006), tercatat 3.098 korban tewas dan 2.971 orang di antaranya berasal dari Kabupaten Bantul pada Sabtu, 27 Mei 2006 hingga pukul 00.15 WIB.

Gempa juga meluluhlantakkan 3.824 bangunan, infrastruktur, dan memutuskan jaringan telekomunikasi di Yogyakarta dan Bantul.

Korban yang terdampak tak hanya di Bantul, tapi juga Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, bahkan Boyolali.

Korban tewas pada umumnya karena tertimpa bangunan yang roboh. Sementara itu korban luka-luka banyak terjadi karena kepanikan yang luar biasa.

Baca juga: Menilik NYIA, Bandara Pertama yang Diklaim Tahan Gempa dan Tsunami

Panik isu tsunami

Ribuan warga dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta berbondong-bondong menjauh dari daerah pantai selatan karena panik oleh isu tsunami akibat gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR, Sabtu (27/5/2006)
Gempa Jogja Ribuan warga dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta berbondong-bondong menjauh dari daerah pantai selatan karena panik oleh isu tsunami akibat gempa tektonik berkekuatan 5,9 SR, Sabtu (27/5/2006)

Mereka panik karena ada isu tsunami. Itu membuat lalu lintas jalan raya menjadi kacau dan banyak tabrakan yang mengakibatkan warga terluka.

Berdasarkan pemantauan Stasiun Geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, gempa tektonik berkekuatan 5,9 skala Richter (SR) itu terjadi pada pukul 05.53 di lepas pantai Samudra Hindia.

Posisi episentrum pada koordinat 8,26 Lintang Selatan dan 110,33 Bujur Timur, atau pada jarak 38 kilometer selatan Yogyakarta pada kedalaman 33 kilometer.

Gempa disebabkan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, pada jarak sekitar 150 km-180 km ke selatan dari garis pantai Pulau Jawa.

Gempa utama terus diikuti gempa susulan berkekuatan kecil. Menurut Tony Agus Wijaya, pengamat geofisika pada Stasiun Geofisika Yogyakarta, kekuatan gempa tidak menyebabkan gelombang tsunami.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Ekonomi lumpuh total

Poster pemain sepak bola yang langsung dipasang di pohon, serta karung bekas yang kembali dikumpulkan untuk alas tidur. Di Dusun Bondalem, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, ini hampir semua rumah telah rata tanah akibat gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006.KOMPAS.com/AMIR SODIKIN Poster pemain sepak bola yang langsung dipasang di pohon, serta karung bekas yang kembali dikumpulkan untuk alas tidur. Di Dusun Bondalem, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Bambang Lipuro, Kabupaten Bantul, ini hampir semua rumah telah rata tanah akibat gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006.

Kepanikan akibat gempa tektonik yang melanda Yogyakarta tak hanya mengakibatkan korban jiwa. Tapi seluruh sentra ekonomi lumpuh total.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com