Dengan menggunakan metode tersebut, berarti tidak mengharuskan timnya bekerja sepanjang waktu.
Chun menjelaskan, hanya dibutuhkan beberapa orang dalam pembuatan alat tes uji tersebut.
Tantangan berikutnya, mendapatkan persetujuan dari hasil tes itu agar bisa digunakan.
Jika sebelumnya membutuhkan 1,5 tahun untuk proses penyerahan dokumen dan mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang, kini tim hanya menunggu 1 minggu saja.
Pimpinan tim ilmuwan yang bekerja mengembangkan alat uji virus corona, Lee Dae-hoon mengungkapkan, dirinya tidak pernah melihat Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KCDC) bekerja secepat itu.
Pada 12 Februari 2020, alat uji produksi Seegene dirilis.
Saat itulah para ilmuwan tahu bahwa apa yang mereka lakukan berhasil karena pemerintah telah melakukan evaluasi dengan menggunakan sampel pasien mereka sendiri.
Baca juga: Simak 10 Cara Meminimalkan Tertular Virus Corona di Transportasi Publik
Setelah alat uji ini dirilis, Chun mengungkapkan, Seegene mendapatkan permintaan dari sekitar 30 negara, termasuk Italia dan Jerman.
Beberapa di antara negara itu menggunakan produk Seegene untuk mendeteksi pasiennya.
Awalnya, Seegene berjuang untuk memenuhi permintaan alat uji tes. Kini, mereka ingin fokus untuk warga negaranya sendiri.
Perusahaan membuat sekitar 10.000 alat per minggu dan setiap alat dapat menguji 100 pasien.
Dengan demikian, cukup untuk menguji 1 juta pasien tiap minggu dengan biaya di bawah 20 dollar AS atau sekitar Rp 295.680 per tes.
Baca juga: Pasien dalam Pengawasan Virus Corona Dibebaskan dari Biaya Perawatan