Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah PRRI dan Permesta Sama?

Kompas.com - 05/10/2023, 20:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - PRRI adalah singkatan dari Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, sementara Permesta merupakan akronim dari Perjuangan Rakyat Semesta.

Istilah PRRI/Permesta kerap disandingkan dan digolongkan sebagai pemberontakan yang mengancam integrasi bangsa Indonesia pada tahun 1950-an.

Lantas, apakah PRRI dan Permesta sama?

Baca juga: Peristiwa 15 Februari 1958, Berdirinya PRRI

Latar belakang pemberontakan PRRI dan Permesta

Lahirnya PRRI dan Permesta bertitik tolak dari rasa tidak puas tokoh-tokoh daerah terhadap kebijaksanaan pemerintah pusat.

Di tengah kondisi pemerintahan yang belum stabil dan belum meratanya kesejahteraan rakyat, para tokoh pemberontakan PRRI dan Permesta merasa pemerintah pusat di Jakarta hanya melancarkan pembangunan di Jawa.

Ketidakpuasan terutama muncul dari Sumatera dan Sulawesi.

Pada kurun waktu Desember 1956 hingga Februari 1957, muncul beberapa dewan perjuangan di Sumatera dan Sulawesi yang dibentuk oleh para perwira militer.

Pemerintah menganggap PRRI dan Permesta sebagai bentuk pemberontakan ketika beberapa tokoh militer di daerah-daerah tersebut mulai menunjukkan ketidakpatuhan kepada pimpinan pusat.

Dewan-dewan perjuangan yang dibentuk dilanjutkan dengan upaya pengambilalihan kekuasaan pemerintah setempat.

Situasi semakin pelik ketika terdeteksi adanya campur tangan asing, khususnya Amerika Serikat, yang memberikan dukungan dana dan senjata kepada PRRI dan Permesta.

Baca juga: Zulkifli Lubis, Bapak Intelijen yang Pernah Terlibat PRRI/Permesta

Perbedaan PRRI dan Permesta

Pemberontakan PRRI dan Permesta di Sumatera dan Sulawesi meski dipicu oleh masalah yang sama, memiliki banyak perbedaan.

Beberapa perbedaan PRRI dan Permesta di antaranya:

Pembentukan PRRI dan Permesta

Gerakan Permesta dimulai dengan dicetuskan dan diproklamasikannya Piagam Permesta di Makassar pada 2 Maret 1957.

Sedangkan PRRI dibentuk di Padang, Sumatera Barat, pada 15 Februari 1958.

Baca juga: Ahmad Husein, Pendiri PRRI

Tokoh pemberontakan PRRI dan Permesta

Tokoh PRRI di antaranya:

  • Ahmad Husein
  • Sjafruddin Prawiranegara
  • Assaat Dt. Mudo
  • Dahlan Djambek
  • Maludin Simbolon
  • Soemitro Djojohadikoesoemo
  • Muhammad Sjafei
  • Saladin Sarumpaet
  • Muchtar Lintang
  • Abdul Gani Usman

Tokoh Permesta di antaranya:

  • Ventje Sumual
  • Andi Pangerang
  • HA Sulthan
  • Abas Dg Mallewa
  • Jan Willem Gerungan
  • Alex Kawilarang
  • Saleh Lahade
  • Andi Abdul Muis
  • Lukas J. Palar
  • Samuel Karundeng
  • Daniel Julius Somba

Baca juga: Penumpasan Pemberontakan PRRI

Tujuan pemberontakan PRRI dan Permesta

Sebelum mendeklarasikan pembentukan PRRI, Ahmad Husein dalam pertemuan bersama rekan-rekannya, menyampaikan ultimatum kepada pemerintah.

Ultimatum kubu Ahmad Husein yakni pembubaran Kabinet Djuanda, pembentukan Kabinet Zaken (kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi partai politik), dan meminta Soekarno kembali pada kedudukannya sebagai presiden konstitusional.

Ultimatum tersebut dijawab dengan memecat secara tidak hormat tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan.

Dari situlah Ahmad Husein mendeklarasikan berdirinya PRRI, berikut kabinetnya. Sjafruddin Prawiranegara ditunjuk sebagai perdana menteri.

Akibat tindakannya tersebut, Ahmad Husein dituding memberontak atau mengkhianati NKRI.

Baca juga: Keterlibatan Amerika Serikat dalam PRRI

Permesta bukan sebuah organisasi atau gerakan, melainkan sebuah aspirasi yang mengendap menjadi sebuah gagasan bersama yang tertuang dalam sebuah piagam.

Oleh karenanya, Permesta tidak mengenal struktur kepemimpinan, kepengurusan, lambang organisasi, atau pasukan bersenjata.

Permesta juga tidak dibentuk untuk memberontak kepada pemerintah atau memisahkan diri.

Hal itu terlihat pada kalimat pembuka Piagam Permesta yang berbunyi, "Demi keutuhan Republik Indonesia, serta demi keselamatan dan kesejahteraan Rakyat Indonesia pada umumnya,..".

Pada bagian penutup, Piagam Permesta secara tegas menyatakan bahwa, "Segala peralihan dan penyesuaiannya dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam arti tidak, ulangi tidak melepaskan diri dari Republik Indonesia."

Dalam deklarasinya, tuntutan yang disampaikan Permesta hanyalah otonomi seluas-luasnya kepada daerah dan penghapusan sifat sentralisasi dari sistem pemerintahan politik nasional.

Baca juga: Alasan Gerakan Permesta Sulit Ditumpas Dibanding Pemberontakan Lainnya

Permesta menyatakan bahwa mereka tidak bermaksud melawan pemerintah RI, melainkan hanya menginginkan pemerataan kesejahteraan wilayah timur Indonesia.

Ventje Sumual, salah satu tokoh sentral Permesta, pernah mengatakan bahwa tidak ada kata-kata yang merujuk pada upaya memerdekakan diri.

“Permesta bukan pemberontakan, melainkan suatu deklarasi politik," Ventje Sumual dalam wawancaranya bersama Tempo.

Terkait apakah Permesta mendukung PRRI, “Tidak ada hubungan apa-apa. Kalau PRRI memang pemberontakan. Tapi Permesta hanyalah suatu program untuk pembangunan Indonesia Timur,” elak Sumual.

Hanya saja, beberapa pendukung Permesta memang bergabung dengan PRRI.

Dari situlah, PRRI dan Permesta kerap disamakan sebagai gerakan separatis Pemberontakan PRRI/Permesta.

Baca juga: Nani Wartabone: Peran, Perjuangan, dan Permesta

Ketika Venjte Sumual dipecat dari TNI pada 26 Februari 1958 bersama para rekannya, ia bergabung dalam pergolakan PRRI.

Ia berjuang bersama pasukan PRRI/Permesta di Sulawesi Utara dan Maluku Utara sejak 1958.

Dapat disimpulkan, Permesta dan PRRI pada awalnya bukan gerakan yang sama.

Namun, para tokoh Permesta banyak yang bergabung dengan PRRI setelah aspirasi mereka tidak ditanggapi, yang membuat Sumatera dan Sulawesi bergolak antara tahun 1958 hingga 1961.

Pemerintah pusat di Jakarta di bawah pimpinan Jenderal AH Nasution segera mengonsolidasikan kekuatan untuk menghentikan PRRI/Permesta.

Pada pertengahan 1958, pasukan pemerintah pusat sebenarnya telah mematahkan bibit-bibit pemberontakan.

Namun, sisa-sisa gerakan baru dapat dikendalikan sepenuhnya pada 1961.

 

Referensi:

  • Pusat Data dan Analisa Tempo. (2020). Herman Nicolas Ventje Sumual, Lelaki di Balik Permesta. Jakarta: TEMPO Publishing.
  • Sulu, Phill M. (2011). PERMESTA: dalam Romantika, Kemelut dan Misteri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com