Bagian tengah sumpit Korea umumnya lebih tipis, memberikan kenyamanan saat digunakan.
Jeotgarak pertama kali muncul dalam sejarah Korea pada masa Tiga Kerajaan (57 SM - 668 M).
Selama periode ini, mereka digunakan sebagai alat makan yang terhormat dan sering kali diberikan sebagai hadiah dalam upacara istana.
Baca juga: Gwangbokjeol, Hari Kemerdekaan Korea Selatan
Penggunaan sumpit di Jepang memiliki jejak sejarah yang panjang.
Penggunaannya sudah ada sejak masa Nara (710-794 M) dan Heian (794-1185 M).
Awalnya, sumpit digunakan sebagai alat membantu memasak dalam ritual keagamaan, dan penggunaannya kemudian meluas menjadi alat makan.
Sumpit Jepang atau "hashi" dikenal dengan kesederhanaan dan kehalusannya.
Sumpit ini biasanya lebih pendek dan ramping dibandingkan dengan jenis sumpit dari negara lain.
Hashi memiliki desain sederhana dengan ujung yang datar atau bulat.
Salah satu ciri khas hashi adalah cara memegangnya, di mana jari-jari memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan kestabilan saat menggunakan sumpit.
Baca juga: Abad Penghinaan dalam Sejarah China
Perbedaan dalam bahan, desain, dan penggunaan sumpit ini merefleksikan nilai-nilai budaya dan tradisi masing-masing negara.
Selain sebagai alat makan, sumpit juga mencerminkan seni dan keahlian yang tertanam dalam budaya Asia Timur.
Melalui perjalanan waktu, sumpit yang dulunya hanya alat membantu masak atau makan, telah bertransformasi menjadi simbol kekayaan budaya yang membentang dari China, Korea, hingga Jepang.
Sejarah dan budaya sumpit tiap negara memberikan wawasan lebih dalam tentang perjalanan manusia dalam menciptakan alat yang sesuai dengan nilai-nilai tradisi dan budaya mereka.
Referensi: