Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Hubungan Aceh dengan Turki Usmani?

Kompas.com - 26/07/2023, 12:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kerajaan Aceh tercatat sebagai salah satu kerajaan Islam berpengaruh yang pernah berdiri di Nusantara.

Pada abad ke-17, kerajaan yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera ini pernah menjalin hubungan dengan Kekaisaran Turki Usmani.

Hubungan diplomatik antara Kerajaan Aceh dengan Kesultanan Turki Usmani dimulai pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah, sultan Aceh ketiga yang berkuasa antara 1537 hingga 1568.

Mengapa Sultan Alauddin Riayat Syah dari Kerajaan Aceh menjalin hubungan diplomatik dengan Turki Ottoman?

Baca juga: Bukti Kerajaan Aceh Maju dalam Diplomasi

Hubungan Aceh dan Turki pada abad ke-17

Salah satu hal yang membuat Aceh melakukan kerja sama dengan Turki Usmani adalah keberadaan Portugis di Malaka.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511 berimbas pada aspek politik, ekonomi, dan militer di kawasan tersebut.

Untuk memudahkan perjuangannya mengusir Portugis dari Malaka, Sultan Alauddin membangun hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Turki Usmani, yang kala itu merupakan imperium Islam terkuat di dunia.

Sultan Alauddin meminta agar Kesultanan Usmani mengirimkan alat-alat perang, pasukan, dan tenaga ahli seperti pelatih kuda dan para insinyur yang ahli membuat benteng serta kapal perang yang akan digunakan untuk melawan Portugis.

Bahkan, Kerajaan Aceh juga meminta menjadi negara bawahan atau vasal bagi Kekaisaran Ottoman.

Baca juga: Suleiman I, Pembawa Kejayaan Kekaisaran Turki Usmani

Permintaan Sultan Alauddin itu disampaikan dalam surat-surat yang dikirim melalui utusannya berikut sejumlah rempah-rempah yang dibawa sebagai hadiah untuk sultan Ottoman.

Sultan di Turki Usmani yang pernah mendapatkan surat dari sultan Aceh adalah Sultan Sulaiman al-Qanuni dan Sultan Salim II.
Sultan Salim II bersikap baik dan menerima surat yang disampaikan oleh delegasi Kerajaan Aceh tersebut.

Sultan Turki tidak pernah menyetujui permintaan Kerajaan Aceh untuk menjadi salah satu vasalnya.

Kendati demikian, Sultan Salim II memberi bantuan yang diperlukan, seperti alat-alat perang berikut tenaga ahlinya, serta berjanji armadanya akan dikirim ke Aceh untuk berperang mengalahkan bangsa Portugis dan merebut pulau-pulau yang dikuasainya.

Alasan sultan Turki membantu Aceh adalah komitmen untuk melindungi kaum Muslim dan hukum Islam dari pusaran bangsa Eropa (khususnya penguasa Kristen), dalam hal ini Portugis.

Baca juga: Kesultanan Utsmaniyah: Sejarah, Sultan, Kejayaan, dan Keruntuhan

Korespondensi nyata antara Kekaisaran Turki Ottoman dan Kerajaan Aceh terjadi sebanyak dua kali, yakni pada masa Sultan Alauddin dan pada masa Sultan Iskandar Muda, atau sekitar awal abad ke-17.

Sejalan dengan hubungan diplomatik Aceh-Turki Utsmani yang intensif, beberapa anggota artileri Turki dikirim ke Aceh, berikut senjatanya, untuk berperang melawan Portugis di Malaka.

Hubungan Turki Utsmani dengan Nusantara masih terjaga hingga masa Sultan Iskandar Muda (1606-1636), meski tidak seerat pada masa Sultan Alauddin.

Meski aliansi militer Aceh-Turki tidak pernah berhasil mengusir bangsa Portugis sepenuhnya dari Malaka, hubungan Kerajaan Aceh dan Kesultanan Ottoman telah menghasilkan pertukaran budaya, agama, dan perdagangan.

 

Referensi:

  • Hakim, Lukman. (2022). Berebut Hegemoni di Selat Malaka: Peran Usmani dalam Konflik Militer Aceh-Portugis Tahun 1562-1640 M. Serang: Penerbit A-Empat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com