MINGGU terakhir puasa ini bisa jadi kita cemas dan khawatir. Persiapan Lebaran mungkin membuat kita khawatir.
Apakah baju-baju Lebaran semua sudah terbeli? Untuk diri sendiri dan keluarga: untuk suami-istri atau anak-anak. Pikiran kita bisa tertuju pada harga, model, atau kesiapan finansial.
Jika kita siap secara finansial, uangnya tersedia, maka kecemasan mungkin sirna. Jadilah kita bahagia.
Shopping juga berfungsi sebagai terapi, asal tidak berlebihan. Jalan-jalan di mal, menikmati lift atau eskalator, sambil melihat-lihat sesama pengunjung yang tak dikenal.
Manusia adalah makhluk sosial, pada dasarnya, dan selalu senang dengan kumpulan manusia-manusia, walaupun asing. Berpapasan dengan orang tak dikenal di mal pun terasa menyenangkan.
Jika merencanakan mudik, persiapannya juga bisa menjadi sumber kecemasan. Apakah akan lewat darat, menyetir kendaraan sendiri, naik bus, kereta, atau bahkan sepeda motor.
Ini menyangkut banyak persiapan. Sudahkah kita meneliti semua persiapan bahan bakar, kartu tol, dan kesehatan mesin kendaraan. Sudahkah mobil dibengkelkan?
Jika memilih kendaraan umum seperti kereta atau bus, sudahkah kita mendapatkan tiket? Jika lewat jalur udara, tiket pesawat harganya melonjak.
Kecemasan bisa timbul dari persiapan secara fisik, mental, ataupun finansial. Jika persiapan beres, kita pun bahagia. Tiket sudah di tangan. Kendaraan sudah siap. Baju sudah terbeli. Siap ber-Lebaran.
Bayangkan kebahagiaan mudik ke kampung asal, bisa kampung orangtua atau mertua. Kita akan bahagia karena berjumpa dengan saudara-saudara, tetangga, teman kecil, dan mungkin kenalan baru yang menikah dengan sanak saudara.
Udara kampung juga berbeda dengan kota besar: Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan lain-lain. Lebaran menjanjikan sausana lain dari hari-hari biasa.
Mudik bisa mencemaskan dan mengkhawatirkan, di satu sisi. Mudik juga membahagiakan, kalau semua terprediksi.
Akhir Ramadhan bisa membuat kita pada dua kondisi itu. Atau suasana bercampur antara cemas dan bahagia. Atau biasa-biasa saja?
Puasa Ramadhan tidak hanya ibadah antara Tuhan dan manusia. Namun praktiknya, puasa adalah ibadah antarmanusia.