Banyak warga yang terluka akibat cambukan-cambukan tersebut. Setelah lama saling mencambuk, tiba-tiba langit mendung dan turunlah hujan.
Masyarakat kaget sekaligus bersyukur dengan turunnya hujan yang tidak terduga itu.
Mulanya, mereka belum yakin bahwa dengan adu cambuk dan keluarnya darah akan mendatangkan hujan.
Namun, saat mereka mengulang kejadian tersebut dan berhasil, masyarakat Trenggalek menjadi yakin dan percaya bahwa dengan dilakukannya adu cambuk hingga berdarah dapat mendatangkan hujan.
Baca juga: Tradisi Annyorong Lopi, Peluncuran Kapal oleh Manusia
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan tradisi Tiban, yaitu:
Ada beberapa peralatan yang harus disiapkan saat Tradisi Tiban dilakukan, sebagai berikut:
Baca juga: Tantangan Tradisi Sasi
Prosesi ritual Tiban dibagi ke dalam tiga tahap permainan, yaitu:
Pelaksanaan Tiban dipimpin oleh satu orang wasit.
Wasit inilah yang akan memimpin jalannya permainan hingga selesai, yang disebut sebagai landang.
Setelah para peserta siap, prosesi cambuk-mencambuk dimulai dengan cambukan pertama dari salah satu pemain.
Cambukan pertama itu disebut dengan ndisiki, yang artinya mengawali permainan.
Penentuan cambukan pertama sendiri biasanya berdasarkan pada kesepakatan kedua peserta atau dengan suit atau adu tos.
Setelah cambukan pertama, dilanjutkan dengan cambukan kedua dari peserta kedua.
Sebelum cambukan kedua dilakukan, peserta kedua lebih dulu melakukan ngunthet, yaitu memegang tali atau sabuk yang diikatkan di pinggang setiap peserta.
Setelah itu, peserta akan mencari incaran yang pas untuk dicambuk.