Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Ketupat, Tradisi Unik Menjelang Ramadhan

Kompas.com - 06/04/2023, 21:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Perang ketupat merupakan suatu tradisi unik yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.

Perang ketupat merupakan tradisi yang unik. Biasanya perang menggunakan senjata tajam, tetapi lain halnya dalam tradisi perang ketupat yang ditujukan sebagai hiburan dan atas dasar kegembiraan.

Tradisi perang ketupat dapat ditemui di daerah Provinsi Bangka Belitung dan Lombok. Sementara itu, di Bali, tradisi ini mendapatkan sebutan berbeda, yaitu Tipat Bantal.

Waktu pelaksanaan tradisi di setiap daerah juga berbeda-beda.

Di Bangka Belitung, perang ketupat dilaksanakan dua pekan menjelang Ramadhan, sedangkan di Bali digelar setiap bulan keempat kalender Bali.

Baca juga: Peristiwa Besar di Balik Ucapan Minal Aidin wal Faizin

Alur Perang Ketupat

Jalannya tradisi ini juga unik. Contohnya di Bangka Belitung, sebelum melakukan perang ketupat, dilaksanakan berbagai ritual terlebih dahulu.

Di Bangka Belitung, tradisi ini digelar oleh masyarakat di Desa Tempilang yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Sungailiat.

Sebelum melaksanakan perang, pada malam harinya, masyarakat Tampilang akan melakukan acara Penimbongan.

Penimbongan adalah kegiatan yang menjadi tradisi sebelum perang bantal yang berupa acara penampilan bermacam tarian oleh masyarakat di tepi Pantai Kuning.

Beberapa tarian yang ditampilkan adalah tari serimbang, tari kedidi, dan tari seramo.

Sebelum menari, biasanya ketua adat akan membakar dupa lebih dulu hingga asapnya mengepul ke atas.

Keesokan harinya, sebelum acara inti dimulai, masyarakat akan memberi sesaji terlebih dahulu kepada makhluk halus yang dipercayai.

Namun, pemberian sesaji yang ditujukan makhluk halus kemudian berubah setelah Islam berkembang di Tampilang.

Dalam pemberian sesaji ini, akan ada tiga dukun yang memimpin, yaitu dukun di darat, di laut, dan dukun seniornya.

Baca juga: Sejarah Tradisi Haul dalam Masyarakat Islam di Nusantara

Namun, sesaji yang awalnya ditujukan untuk memberi makanan kepada makhluk halus, kemudian berubah menjadi hidangan untuk dinikmati masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com