Setelah itu, barulah acara inti akan dimulai. Perang ini dibagi menjadi dua kelompok yang tidak jelas aturan jumlahnya, tetapi harus seimbang.
Kelompok pertama berada di daratan dan kelompok kedua berada di laut, sedangkan kedua dukun duduk bersila di tengahnya sebagai penengah.
Sebelum perang benar-benar dimulai, kedua dukun itu akan membaca mantra terlebih dahulu hingga dukun laut kerasukan arwah leluhur.
Dukun laut yang kerasukan akan memberikan ceramah terlebih dahulu kepada masyarakat Tampilang.
Ketika telah usai, barulah kedua kelompok diminta bersiap, lalu mereka akan diberi ketupat masing-masing 10 buah.
Perang ketupat ini akan dibiarkan berlangsung hingga kondisi kedua belah pihak mulai memanas.
Ketika telah memanas, sang dukun akan memberikan aba-aba berhenti.
Biasanya, perang ketupat ini berlangsung selama tiga ronde, kemuian dukun akan menghentikan perang dan meminta mereka untuk bersalaman dan berpelukan kembali.
Baca juga: Sejarah dan Arti Kata Kiai
Setelah berakhirnya perang ketupat, masih ada sesi tambahan yang tidak termasuk dalam rangkaian acara perang ketupat, yaitu setiap rumah membuka pintu sebagai simbol mepersilakan bersilaturahmi dan makan seadanya sesuai dengan yang disediakan tuan rumah.
Nilai penting dalam tradisi ini adalah menjalin kerukunan antar masyarakat di Tampilang.
Sebab, kemarahan pasti akan muncul dalam bersosial, tetapi tradisi ini mengajarkan caranya berdamai.
Tradisi perang ketupat telah dilaksanakan masyarakat Tampilang sejak 1883, tetapi tidak diketahui pasti kapan dimulainya.
Baca juga: Riwayat Sandal Bakiak
Referensi: