Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tata Cara Ruwatan

Kompas.com - 11/03/2024, 16:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ruwatan adalah ritual penyucian untuk melepaskan kutukan yang membawa sial atau membahayakan.

Ruwatan merupakan bagian dari budaya dan tradisi turun-temurun yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa dan Bali, hingga saat ini.

Melansir surakarta.go.id, dalam bahasa Jawa, ruwatan memiliki arti dilepas atau dibebaskan.

Oleh karena itu, tujuan ruwatan adalah membebaskan seseorang yang diruwat dari hukuman atau kutukan, seperti kesialan, penyakit, yang dianggap berasal dari roh jahat atau karma buruk dan dapat membawa bahaya.

Ruwatan terkadang juga dilakukan terhadap benda atau bangunan, agar dapat terbebas dari bencana.

Lantas, apa yang dilakukan saat ruwatan? Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan tradisi ruwatan.

Baca juga: Ruwatan, Tradisi Jawa Pembuang Sial

Tata cara ruwatan

Secara umum, dalam proses upacara ruwatan, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi atau disebut sajen.

Berikut ini makanan yang menjadi syarat ruwatan masyarakat Jawa dan maknanya.

  • Nasi kuning, simbol rezeki yang berlimpah.
  • Nasi golong, melambangkan rezeki yang bergantian.
  • Tumpeng, untuk menyampaikan rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan.
  • Nasi kabuli, melambangkan harapan atau keinginan yang ingin dikabulkan.
  • Bubur sengkolo, untuk mengusir atau menjauhkan kesialan.
  • Jajan pasar, sebagai simbol rezeki yang melimpah dan jauh dari masalah.
  • Rujak manis, sebagai simbol penafsiran.

Selain makanan-makanan tersebut, terdapat sejumlah benda yang biasa dijadikan sajen saat prosesi ruwatan, seperti bunga, padi, kain, dan sejumlah barang lainnya.

Setelah persyaratan-persyaratan atau sajen terpenuhi, maka dijalankan upacara ruwatan.

Baca juga: Wetonan, Tradisi Peringatan Hari Lahir Masyarakat Jawa

Berikut ini cara melaksanakan ruwatan yang biasa dilakukan orang Jawa.

  • Prosesi siraman menggunakan air kembang setaman (bunga tujuh rupa), yang utamanya terdiri dari bunga kenanga, melati, dan mawar, untuk membersihkan badan manusia secara spiritual.
  • Sesaji dan selamatan diadakan untuk memastikan keamanan dan keselamatan orang yang diruwat.
  • Penyerahan sarana, dilakukan untuk memberikan perlindungan kepada orang yang ditimpa sial atau perlu diruwat.
  • Upacara potong rambut, sebagai simbol penghilangan hal-hal negatif.
  • Tirakatan, sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas perlindungannya.
  • Pertunjukan wayang, sebagai simbol yang membawa makna dalam kehidupan.

 

Referensi:

  • Suanti, J. T. (2020). Tradisi Ruwatan Jawa pada Masyarakat Desa Pulungdowo Malang. Jurnal Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial. 4 (2).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com