KOMPAS.com - Sasi adalah sebuah tradisi atau adat yang berasal dari daerah Maluku.
Sasi berasal dari bahasa Bacan yang artinya sumpah, baiat, atau janji.
Pada dasarnya, tradisi sasi merupakan sebuah perintah larangan untuk mengambil hasil alam, baik itu hasil pertanian maupun kelautan sebelum waktu yang ditentukan.
Oleh sebab itu, terdapat sebuah tantangan dalam tradisi sasi.
Lantas, apa tantangan tradisi sasi?
Baca juga: Tradisi Sasi, Upaya Pelestarian Alam Masyarakat Maluku hingga Papua
Tantangan tradisi sasi adalah konsistensi dalam melaksanakannya.
Hal ini karena dalam adat masyarakat Maluku, sasi merupakan sebuah cara dalam mengatur sumber daya alam.
Sasi merupakan kata lain dari sumpah, sehingga apabila seseorang melanggar sasi maka ia dianggap telah melanggar sumpah.
Sasi terjadi berkat adanya kesepakatan antara pacakalang (kesepakatan) pemangku adat dan masyarakat.
Adapun kesepakatan yang dimaksud adalah larangan memanfaatkan lingkungan dan hasil-hasilnya guna menghindari penyimpangan terhadap lingkungan dan keberlanjutannya.
Tradisi sasi mengusung dua prinsip. Prinsip pertama adalah bahwa hasil alam tidak boleh disentuh atau dimanfaatkan ketika belum layak digunakan.
Lalu, prinsip kedua adalah untuk memberikan kepuasan dari hasil usaha sendiri.
Baca juga: Tradisi Malamang, demi Hindari Makanan Haram
Alasan tradisi sasi seharusnya konsisten dilakukan karena adat ini memiliki tujuan filosofis terkait dengan pelaksanaannya, yakni sebagai berikut:
Lebih lanjut, cara untuk mengatasi tantangan dalam melaksanakan tradisi Sasi adalah:
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.