Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Kesenian Reog yang Digunakan untuk Mengkritik Raja Majapahit

Kompas.com - 31/03/2023, 17:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Reog merupakan suatu kesenian khas Nusantara yang lebih akrab dikenal sebagai Reog Ponorogo.

Umumnya, Reog dimaknai sebagai kesenian pertunjukan tari komunal yang ditujukan untuk menghibur para penonton.

Dalam praktiknya, kesenian ini melibatkan beberapa orang yang berposisi sebagai pemeran dalam tokoh-tokoh Reog, seperti Warok, Bujang Ganong, dan sebagainya.

Banyak versi cerita tentang awal mula kemunculan kesenian Reog, mulai dari kisah peperangan hingga sebagai alat mengkritik.

Di antara banyak kisah tentang asal-usul Reog, sebuah cerita rakyat dalam Antologi Cerita Rakyat Jawa Timur karya Mashuri, dkk (2011), bercerita bahwa Reog digunakan sebagai kritik terhadap Kerajaan Majapahit di fase akhir.

Baca juga: Sejarah Candi Rimbi, Dinamai Seperti Ibu Gatotkaca

Kritik Reog untuk Majapahit

Cerita rakyat ini bermula ketika raja terakhir Majapahit yang bernama Raja Bre Kertabumi memimpin kerajaan dengan cara berbeda.

Dia tidak mewarisi sikap raja-raja terdahulu yang memiliki sikap ketegasan yang luar biasa.

Raja Bre Kertabumi dinilai oleh orang-orang di sekelilingnya, terutama Ki Ageng Ketut Suryo Alam, sebagai raja yang tidak memiliki kecakapan memimpin.

Ketidakcakapan memimpin lahir dari sikap Raja Bre Kertabumi yang selalu menuruti keinginan permaisurinya tanpa meminta dan mendengar pertimbangan para penasihat raja.

Melihat gaya kepemimpinan Raja Majapahit yang tidak mencerminkan kegagahan kekuasaannya, menimbulkan rasa pesimistis rakyat tentang keutuhan kerajaan.

Para penasihat kerajaan, termasuk Ki Agung Ketut, telah berkali-kali mengingatkan Raja Majapahit untuk mengevaluasi kembali kebijakannya yang berasal dari keinginan istrinya.

Namun, semua nasihat tak dihiraukan oleh sang raja.

Sebaliknya, tindak tanduk yang tidak mencerminkan sikap seorang raja dan membahayakan kerajaan semakin sering dilakukan oleh Bre Kertabumi.

Baca juga: Asal-usul Candi Pari dan Pesan Moral, Cerita Rakyat Jawa Timur

Inilah kemudian Ki Ageng Ketut memilih menyingkir dari kerajaan ke suatu daerah bernama Kutu.

Di daerah Kutu, ia membuka semacam padepokan untuk mencetak keterampilan para prajurit dengan standar ksatria.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com