Teungku Fakinah kemudian menuruti saran Panglima Polem untuk lebih fokus pada pendidikan.
Teungku Fakinah akhirnya berhenti bergerilya dan kembali ke Lamkrak pada 21 Mei 1910 ketika ia berumur 54 tahun.
Baca juga: Panglima Polem IX: Asal-usul dan Peran Melawan Belanda
Di Lamkrak, Teungku Fakinah kemudian membuka kembali lembaga pendidikan agama atau Dayah milik ayahnya dahulu yang mangkrak.
Pulangnya Teungku Fakinah ke Lamkrak disambut dengan meriah oleh seluruh warga desa.
Dengan beberapa bantuan berupa tenaga dan uang, pada tahun 1911 berdirilah sebuah lembaga pendidikan agama untuk perempuan.
Pada saat itu, lembaga asuhan Teungku Fakinah merupakan satu-satunya lembaga yang dipimpin oleh perempuan.
Adapun santrinya tidak hanya dari kalangan remaja perempuan, melainkan dari segala kalangan, terutama para janda yang ditinggal mati suaminya dalam perang.
Setelah itu, banyak perempuan dari berbagai wilayah di Aceh untuk belajar di Dayah asuhan Teungku Fakinah.
Mereka datang dari Meulaboh, Calang, Aceh Timur, Pidie, Samalangga, dan dari daerah lain di Aceh.
Setelah 4 tahun fokus pada pendidikan di Dayahnya, Teungku Fakinah kemudian melaksanakan ibadah haji ke Mekkah pada 1915.
Banyak masyarakat dan murid-muridnya yang ke pelabuhan untuk melepas kepergiannya ke Mekkah.
Setelah selesai melaksanakan ibadah haji, Teungku Fakinah tinggal sekitar tiga tahun di Mekkah.
Selama tinggal di Mekkah, Teungku Fakinah fokus untuk memperdalam pengetahuan ilmu agama Islam.
Setelah dirasa cukup, Teungku Fakinah kemudian kembali ke tanah kelahirannya pada tahun 1918.
Dari tahun 1918, Teungku Fakinah mengabdikan dirinya di bidang pendidikan dan mengurus Dayahnya.
Teungku Fakinah berada di bidang pendidikan hingga ia meninggal dunia pada tahun 1938, ketika berusia 82 tahun.
Referensi: