KOMPAS.com - Panglima Polem merupakan pejuang asal Aceh. Ia berjuang melawan penjajahan Belanda di Aceh bersama dengan Teuku Umar.
Namanya diabadikan menjadi nama jalan di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya Jalan Panglima Polim di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Panglima Polem memiliki nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud.
Hingga saat ini belum ditemukan keterangan yang menjelaskan kapan Panglima Polem dilahirkan.
Namun yang jelas, Panglima Polem merupakan keturunan bangsawan Aceh.
Ayahnya adalah Panglima Polem VIII Raja Kuala yang merupakan anak Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin atau Cut Banta (Panglima Polem VII (1845-1879).
Mahmud Arifin, kakek Panglima Polem merupakan Panglima Sagoe XXII Mukim Aceh Besar.
Pada Januari tahun 1891, Panglima Polem diangkat menjadi Panglima Polem IX setelah ia menikah dengan putri dari Tuanku Hasyim Bantamuda.
Ia diangkat menjadi Panglima Polem IX menggantikan ayahnya yang meninggal dunia.
Setelah ia diangkat, Panglima Polem mewarisi gelar Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Wazirul Azmi.
Pada saat itu, Belanda yang menjajah Indonesia sedang berusaha untuk menaklukkan Aceh.
Pada tahun 1893, Panglima Polem bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan penjajahan Belanda.
Sebelumnya, Teuku Umar pura-pura menyerah lalu menyerang kembali Belanda bersama dengan Panglima Polem.
Pada tahun 1897, Panglima Polem bersama pasukannya terlibat pertempuran dengan Belanda di wilayah Seulimeum.
Dalam pertempuran tersebut, Belanda berhasil menguasai tiga benteng pertahanan yang sebelumnya dibangun oleh Panglima Polem bersama pasukannya.