Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teungku Fakinah, Pejuang dan Ulama Wanita dari Aceh

Kompas.com - 14/08/2022, 11:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Badan amal yang dibangun oleh Teungku Fakinah ini bergerak dalam pengumpulan sumbangan berupa uang, padi, atau bahan makanan lain.

Dari sumbangan tersebut nantinya akan disalurkan kepada yang membutuhkan, seperti fakir miskin dan para pejuang.

Seiring berjalannya waktu, badan amal ini kemudian berkembang. Banyak perempuan di berbagai wilayah Aceh bergabung.

Badan amal ini berperan dalam mempersiapkan bekal makanan pagi para pejuang gerilya Aceh.

Selain itu, Teungku Fakinah juga berkeliling menyambangi rumah orang-orang kaya dan terpandang untuk dimintai dukungan finansial guna membiayai perang melawan Belanda dari Aceh.

Mengangkat Senjata

Sekian lama berada di belakang layar, Teungku Fakinah tak sabar dan ingin ikut mengangkat senjata melawan Belanda.

Ia kemudian memberanikan diri menghadap Sultan Aceh, Sultan Daud Syah (1874-1903), untuk meminta izin membentuk pasukan.

Sultan Daud Syah kemudian mengizinkan Teungku Fakinah membentuk pasukan karena melihat semangatnya.

Setelah itu, Teungku Fakinah membentuk pasukan yang terdiri dari empat regu atau batalion. Salah satu regunya terdiri dari kaum perempuan.

Salah satu tokoh perempuan yang bersama Teungku Fakinah bergerilya adalah Tjoet Nyak Dhien.

Baca juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir

Tjoet Nyak Dhien ternyata juga sahabat dekat dari Teungku Fakinah.

Mereka berdua menjadi tokoh wanita yang rela bergerilya demi mengusir Belanda dari tanah Aceh.

Suatu kali, Teungku Fakinah memimpin pasukan yang harus melindungi banyak perempuan dalam rombongannya.

Dalam rombongan tersebut terdiri dari permaisuri Sultan Aceh dan Pocut Awan (ibu dari Panglima Polem).

Dalam perjalanan tersebut, selain mengamankan, Teungku Fakinah juga menyempatkan untuk mengajar remaja putri ikut bergerilya.

Berjuang di bidang pendidikan

Perjuangan gerilya Teungku Fakinah membuat Panglima Polem prihatin. Panglima Polem merasa bahwa Teungku Fakinah tak harus berada dalam perjuangan gerilya.

Panglima Polem menilai bahwa Teung Fakinah lebih dibutuhkan untuk mendidik generasi muda daripada bergerilya.

Setelah itu, Panglima Polem kemudian meminta Teungku Fakinah untuk berhenti bergerilya untuk fokus pada pendidikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com