Selain lava yang berupa cairan, eflata yang berupa gas, hasil ekstrusi magma juga ada yang berupa gas dan disebut sebagai ekshalasi.
Ekshalasi ekstrusi magma terbagi menjadi empat, yaitu mofet, fumarol, solfatar, dan awan panas.
Mofet adalah hasil ekstrusi berupa gas karbon dioksida dari dalam perut bumi. Gas karbon dioksida adalah gas yang memberikan tekanan sehingga magma dapat keluar melalui erupsi.
Tidak hanya karbon dioksida, magma juga didorong oleh tekanan uap air sehingga ekstrusi terjadi. Uap air ikut dikeluarkan melalui prose ekstrusi dengan nama fumarol.
Baca juga: Enam Letusan Dahsyat Gunung Berapi di Indonesia
Jenis ekshalasi selanjutnya adalah gas sulfur dioksida atau belerang yang disebut sebagai solfatar. Emsisi gas ini biasanya terjadi secara terus-menerus walaupun gunung tidak mengalami erupsi.
Dilansir dari NASA Earth Observatory, gunung berapi mengeluarkan sekitar 20 hingga 25 juta ton sulfur dioksida (SO2) ke atmosfer setiap tahunnya.
Awan panas adalah jenis ekshalasi yang berupa gas dan berbagai material dari dalam bumi.
Dilansir dari Pasific Northwest Seismic Network, awan panas dapat mencapai suhu hingga 1.000 derajat celcius dan kecepatan mencapai 700 kilometer per jam.
Hal tersebut membuat awan panas sangat berbahaya. Karena saat gunung meletus, awan panas dapat sampai terlebih dahulu dari lava dan membahayakan penduduk sekitar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.