KOMPAS.com - Gunung terbentuk karena lempeng bumi bergerak dan saling menabrak satu sama lain.
Ujung lempeng yang menabrak itu menonjol ke permukaan bumi membentuk gunung.
Namun ada pula gunung berapi dengan proses pembentukan yang berbeda dari gunung biasa.
Dilansir dari situs NASA, di dalam bumi, terdapat lempeng yang terus bergerak. Kadang, lempeng ini saling mendekat hingga menubruk satu sama lain.
Tubrukan itu membuat sebagian kerak bumi tertarik ke dalam. Suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi membuat kerak itu meleleh.
Baca juga: Letusan Gunung Berapi
Lelehan ini kemudian akan naik sebagai magma. Seiring waktu, tekanan tinggi di dalam bumi membuat magma keluar dari dalam bumi.
Magma akan naik ke hot spot. Hot spot adalah area bumi yang amat panas. Area ini membuat magma semakin panas dan encer.
Semakin encer magma, maka semakin ringan dan mudah naik dan keluar. Magma yang keluar dari bumi disebut lahar atau lava.
Lahar atau lava yang terkena udara ini lama-lama akan mendingin dan berubah menjadi batu.
Lapisan-lapisan batu inilah yang kemudian menjadi gunung api.
Baca juga: Enam Letusan Dahsyat Gunung Berapi di Indonesia
Cara lain adalah ketika lempeng-lempeng bumi bergerak saling menjauh. Celah di antara lempeng bumi ini akan diisi oleh magma yang naik dari perut bumi.
Ada beberapa ciri yang membedakan gunung biasa dengan gunung api.
Gunung berapi memiliki magma, kerah, dan lava. Gunung biasa tak memiliki tiga hal ini, namun gunung memiliki air.
Baca juga: 10 Gunung Tertinggi di Indonesia
Gunung juga biasanya lebih tinggi dibanding sekitarnya. Sementara gunung api bisa berada di bawah laut maupun berada di pegunungan.