Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ungkap Penyebab Samudra Antartika Punya Udara Paling Bersih di Bumi

Kompas.com - 17/04/2024, 16:27 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Membersihkan aerosol dari langit

Peneliti membandingkan pola awan sarang lebah dengan pengukuran aerosol dari observatorium Kennaook/Cape Grim dan juga dengan pengamatan curah hujan Biro Meteorologi dari alat pengukur hujan terdekat.

Baca juga: Berapa Banyak Samudra yang Ada di Bumi?

Hasil menunjukkan, hari-hari dengan udara terbersih dikaitkan dengan keberadaan awan sarang lebah terbuka. Peneliti menduga hal ini disebabkan oleh awan yang menghasilkan hujan lebat secara sporadis namun intens, yang tampaknya “mencuci” partikel aerosol dari udara.

Ini agak berlawanan dengan intuisi, namun ternyata sel terbuka mengandung lebih banyak kelembapan dan menghasilkan lebih banyak hujan dibandingkan sel tertutup berwarna putih yang dipenuhi awan.

Peneliti menemukan, awan sarang lebah yang terbuka menghasilkan hujan enam kali lebih banyak dibandingkan awan yang tertutup.

Jadi, cuaca yang terlihat tidak terlalu berawan menurut satelit sebenarnya memicu hujan yang paling efektif untuk menghilangkan aerosol. Sementara itu, pola sarang lebah yang terisi atau tertutup dan terlihat lebih keruh kurang efektif.

Peneliti juga ingin mengetahui apa yang membuat bidang awan terlihat seperti itu. Analisis menunjukkan bahwa sistem cuaca berskala besar mengendalikan pola bidang awan. Saat badai yang tidak terkendali melintasi Samudra Antartika, mereka menghasilkan sel-sel terbuka dan tertutup.

Udara segar dan model iklim yang lebih baik

Penelitian ini telah menambahkan potongan baru pada teka-teki mengapa Samudra Antartika memiliki udara paling bersih di dunia. Curah hujan adalah kuncinya, terutama hujan dari awan berbentuk sarang lebah yang jernih dan terbuka ini.

Pola sarang lebah juga ditemukan di wilayah Atlantik Utara dan Pasifik Utara selama musim dingin. Jadi, peneliti juga merasa perlu menjelaskan bagaimana awan ini menghilangkan aerosol termasuk debu dan polusi di lokasi tersebut. Dan temuan ini akan membantu menyempurnakan model iklim, sehingga memungkinkan prediksi yang lebih akurat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com