Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Ungkap Penyebab Finlandia Selalu Jadi Negara Paling Bahagia

Kompas.com - 15/04/2024, 19:36 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Finlandia terus menempati peringkat teratas dalam daftar negara paling bahagia di dunia. Pada bulan Maret 2024, negara ini, selama tujuh tahun berturut-turut, kembali menduduki peringkat juara.

Pemeringkatan ini didasarkan pada satu pertanyaan sederhana, yang ditanyakan kepada orang-orang di hampir setiap negara di dunia.

Namun, studi eksperimental baru yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa metafora tangga, seperti dalam survei kebahagiaan, membuat orang berpikir tentang kekuasaan dan kekayaan.

Analisis kebahagiaan

Sejak tahun 2005, organisasi analisis Gallup telah berupaya mengukur kebahagiaan di seluruh dunia. Misi ini sangat penting karena semakin banyak pemerintah yang menyatakan bahwa mereka memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya.

Pemeringkatan kebahagiaan didasarkan pada satu pertanyaan sederhana namun kuat, yang disebut Tangga Cantril. Pertanyaannya adalah:

Baca juga: Jepang Jadi Negara Kelima yang Mendarat di Bulan

"Bayangkan sebuah tangga dengan nomor anak tangga dari nol di bawah hingga sepuluh di atas. Tangga teratas melambangkan kehidupan terbaik bagi Anda dan tangga terbawah melambangkan kehidupan terburuk bagi Anda. Menurut Anda, pada anak tangga manakah Anda secara pribadi merasa sedang berdiri saat ini?"

Saat membaca pertanyaan tersebut, apa yang dipikirkan tentang metafora puncak tangga dan apa yang diwakilinya? Apakah itu cinta, uang, keluarga, atau yang lainnya?

Sekelompok peneliti dari Swedia, AS, dan Inggris menyelidiki pertanyaan ini dalam sebuah penelitian terhadap 1.600 orang dewasa di Inggris, dan mempublikasikan hasilnya di Nature Scientific Reports.

Satu kelompok ditanyai apa yang diwakili oleh puncak tangga bagi mereka. Kelompok lain ditanyai pertanyaan yang persis sama, namun kali ini metafora tangga, termasuk gambar tangga, dihilangkan dan istilah “tangga” diganti dengan “skala”.

Penelitian ini menemukan bahwa metafora tangga membuat orang lebih memikirkan kekuasaan dan kekayaan dibandingkan keluarga, teman, dan kesehatan mental. Ketika metafora tangga dihilangkan, orang-orang masih berpikir tentang uang, tetapi lebih dalam istilah “keamanan finansial” daripada istilah seperti “kekayaan”, “kaya” atau “kelas atas”.

Baca juga: 10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

Pada kelompok ketiga, orang-orang menafsirkan metafora tangga dengan deskripsi atas dan bawah dalam pertanyaan tersebut dihilangkan. Pada kelompok independen keempat dan kelima, selain perubahan di atas, frasa “kehidupan terbaik” masing-masing diganti dengan “kehidupan paling bahagia” dan “kehidupan paling harmonis”.

Orang-orang dalam kelompok kebahagiaan dan harmoni kurang memikirkan tentang kekuasaan dan kekayaan, melainkan lebih memikirkan bentuk-bentuk kesejahteraan yang lebih luas seperti hubungan, keseimbangan kehidupan kerja, dan kesehatan mental, dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Temuan penelitian

Temuan penelitian ini menimbulkan pertanyaan tentang jenis kebahagiaan apa yang ingin diukur. Gagasan seseorang tentang kebahagiaan tidak dapat ditentukan oleh seorang peneliti. Itulah sebabnya peneliti harus bertanya kepada masyarakat tentang konsep kebahagiaan mereka.

Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika seseorang mendefinisikan kebahagiaan, mereka hanya menyebutkan sedikit kekayaan dan status.

Sudah diketahui bahwa uang berhubungan dengan kesejahteraan, namun pengaruh uang lebih lemah dibandingkan banyak faktor kebahagiaan lainnya. Misal, hubungan sosial yang berkualitas baik mempunyai pengaruh yang paling kuat.

Baca juga: Finlandia Jadi Negara Paling Bahagia, Kok Bisa?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com