Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Pengaruh Bulan bagi Siklus Menstruasi

Kompas.com - 14/04/2024, 18:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Bagi banyak kebudayaan masyarakat di berbagai belahan dunia, gagasan bahwa siklus menstruasi wanita diatur oleh Bulan mempunyai penjelasan yang kuat.

Bahkan, Charles Darwin berteori bahwa hubungan dengan Bulan ini berasal dari zaman spesies kita sebagai makhluk penghuni pantai yang hidup selaras dengan pasang surut air laut.

Namun, studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances mengungkapkan bahwa siklus menstruasi kemungkinan besar tidak mengikuti siklus 29,5 hari Bulan, namun diatur oleh jam internal tubuh.

Terlebih lagi, peneliti menemukan bahwa hubungan dengan bulan yang ada berbeda-beda di setiap benua. Misal, para ilmuwan mengamati bahwa di Eropa, siklus menstruasi cenderung dimulai pada bulan sabit, sementara bagi wanita Amerika Utara, siklus menstruasi sering kali dimulai pada bulan purnama.

Siklus menstruasi biasanya memiliki pola bulanan, namun mekanisme yang menentukan pola ini masih misterius. Untuk lebih memahami cara kerjanya, para peneliti menganalisis data dari hampir 27.000 siklus menstruasi dari lebih dari 3.000 wanita di Eropa dan Amerika Utara. Secara khusus, mereka melacak hari pertama menstruasi di setiap siklus tersebut.

Baca juga: Benarkah Kompres Hangat Mampu Meredakan Nyeri Menstruasi?

Studi tersebut menemukan bahwa hanya ada korelasi yang lemah antara siklus menstruasi dengan bulan, yang bertentangan dengan kepercayaan populer.

Fakta bahwa korelasinya bervariasi antar benua mendukung teori mereka. Menurut peneliti, ini merupakan indikasi bahwa korelasi bulan kemungkinan besar lebih disebabkan oleh faktor gaya hidup (seperti siklus tidur-bangun) dibandingkan faktor bulan.

Namun, peneliti juga menunjukkan bahwa di kelompok masyarakat yang perempuannya lebih banyak terkena sinar bulan, pengaruh Bulan pada siklus menstruasi mereka mungkin lebih kuat.

Hal yang lebih mungkin terjadi, kata peneliti tersebut, adalah jam internal tubuh, yang dikenal sebagai 'jam sirkadian', menjaga ritme ovarium wanita.

Pasalnya, data mengungkapkan 'lompatan fase', yaitu ketika jam internal wanita menjadi tidak sinkron dengan panjang siklus reguler, sehingga terjadi perbaukan dengan melompat ke kondisi stabil berikutnya.

Baca juga: Apa Risiko Berhubungan Seks Saat Menstruasi?

Lompatan fase adalah tanda-tanda fenomena yang dikenal sebagai 'koordinasi relatif', sebuah peristiwa khas dalam jam sirkadian. Salah satu contohnya, menurut para ilmuwan, adalah perasaan tidak sinkron yang terjadi setelah kita melakukan perjalanan melintasi zona waktu.

Di bidang kesehatan lainnya, para ilmuwan juga telah mengambil pendekatan kronobiologis (berkaitan dengan jam biologis tubuh), seperti terapi cahaya, untuk menemukan pengobatan yang efektif. Penelitian baru ini membuka kemungkinan pengobatan medis serupa dan baru untuk gangguan ovulasi, yang bahkan dapat membantu meningkatkan kesuburan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com