Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesir Kuno Anggap Galaksi Bima Sakti adalah Tangga Menuju Akhirat

Kompas.com - 13/04/2024, 18:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Orang-orang Mesir kuno terkenal karena penghormatan mereka terhadap benda-benda langit, namun peran Galaksi Bima Sakti dalam kosmologi Mesir Kuno masih kurang dipahami oleh para ahli.

Namun, menurut analisis baru, kumpulan bintang yang melintasi langit mungkin memiliki sejumlah fungsi mitologis, yakni bertindak sebagai jalan menuju dunia bawah sekaligus memandu burung di sepanjang rute migrasi tahunan mereka.

Dewi Langit Nut dan Bima Sakti

Ditulis oleh ahli astrofisika Dr. Or Graur dari Universitas Portsmouth, studi baru ini menguji gagasan bahwa Bima Sakti diwakili oleh Dewi Langit Nut, yang sering digambarkan sebagai wanita bertabur bintang yang melengkung di atas Bumi untuk melindungi Bumi dari ancaman.

Menurut Book of Nut, juga dikenal sebagai The Fundamentals of the Course of the Stars, tugas utama Dewi Langit Nut adalah melahirkan Matahari setiap pagi, sebelum menelannya di malam hari.

Untuk melakukan tugas ini, Nut selalu berorientasi dengan bagian belakangnya di timur dan kepalanya di barat. Namun, Bima Sakti mengubah posisinya di langit sepanjang tahun, membentang dari timur ke barat pada bulan-bulan musim panas dan utara ke selatan pada musim dingin.

Baca juga: Berapa Kali Matahari Mengorbit Galaksi Bima Sakti?

Perbedaan ini menimbulkan keraguan terhadap gagasan bahwa Nut mewakili galaksi. Namun, setelah berkonsultasi dengan banyak papirus penguburan yang ditemukan di makam Mesir Kuno, Graur mengidentifikasi beberapa penggambaran Nut dengan tangan terentang 45 derajat ke tubuhnya.

Pose seperti itu memungkinkan Dewi Langit untuk menutupi berbagai kesejajaran Bima Sakti seiring berjalannya waktu, sehingga menunjukkan bahwa ia mungkin saja merupakan perwujudan galaksi tersebut.

Misalnya, Graur menjelaskan bahwa di musim dingin, Bima Sakti menggambarkan lengan Nut, sementara di musim panas, Bima Sakti menggambarkan batang tubuh atau tulang punggungnya.

Untuk mencari kepastian lebih lanjut mengenai keterkaitan Nut dengan Bima Sakti, peneliti mencari kesamaan antara perannya dalam mitologi Mesir Kuno dan representasi dewa bintang lainnya dalam budaya di seluruh dunia.

Misalnya, menurut salah satu Teks Peti Mati Mesir, Nut digambarkan sebagai “tangga” yang melaluinya jiwa orang mati dapat naik ke alam baka. Ini mencerminkan peran Bima Sakti dalam mitologi penduduk asli Amerika.

Baca juga: Studi Ungkap Orang Mesir Kuno Derita Cacingan dan Kutu Kepala

Banyak penduduk asli Amerika di seluruh Amerika Utara memandang Bima Sakti sebagai jalan yang dilalui roh orang mati menuju akhirat, menurut Graur. Terbukti, nama Lakota untuk Bima Sakti adalah Waná?i Thachá?ku, Jalan Roh, yang diikuti oleh suku Lakota ke surga ketika mereka meninggal.

Demikian pula, Graur menjelaskan bahwa orang Maya Yucatec yang mati melakukan perjalanan sepanjang Bima Sakti pada malam hari dengan pita gelap Great Rift Bima Sakti dibayangkan sebagai jalan raya yang mengarah langsung ke dunia bawah.

Namun, bagian lain dari Kitab Nut menggambarkan bagaimana burung muncul dari ujung utara para dewi setiap musim dingin saat mereka bermigrasi ke selatan dari Eropa ke Afrika.

Secara terpisah, hal ini tidak banyak membuktikan bahwa Nut mewakili Bima Sakti, meskipun hubungan tersebut menjadi lebih jelas ketika mempertimbangkan hubungan antara kumpulan bintang dan migrasi burung dalam budaya masyarakat lainnya.

Secara keseluruhan, temuan Graur ini menyoroti misteri Nut dan hubungannya dengan Bima Sakti, menunjukkan bahwa berbagai bagian tubuhnya mampu mewakili bintang-bintang pada waktu yang berbeda dalam setahun.

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa peran Nut dalam transisi orang yang meninggal ke alam baka dan hubungannya dengan migrasi burung tahunan konsisten dengan cara budaya lain memahami Bima Sakti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com