Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2024, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada berbagai rasa yang bisa kita rasakan saat makan atau minum sesuatu, salah satunya adalah rasa pahit.

Tapi bagaimana kita bisa merasakan rasa pahit itu dan proses kimia apa yang menyebabkannya?

Baca juga: Ini Alasan Pil Rasanya Tidak Enak dan Pahit

Berkat penelitian baru, kini kita bisa mengetahui bagaimana reseptor rasa di lidah diaktifkan pada tingkat molekuler untuk mendeteksi rasa pahit tersebut.

Dalam studi teranyar ini, tim dari Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina fokus meneliti reseptor rasa pahit yang disebut TAS2R14 dan perannya dalam membantu mengidentifikasi lima rasa berbeda yang dapat kita rasakan.

Selama ini para ilmuwan hanya mengetahui sedikit tentang struktur reseptor rasa pahit.

Dan dengan menggunakan kombinasi metode biokimia dan komputasi, peneliti dapat mengetahui struktur reseptor rasa pahit TAS2R1 serta mekanisme yang mengatur sensasi rasa pahit di lidah kita.

Mengutip Science Alert, Selasa (16/4/2024) tim peneliti mengungkapkan ketika zat pahit (atau rasa) mengenai TAS2R14, zat pahit itu terjepit di situs alosterik.

Wilayah pengatur tersebut memungkinkan molekul untuk berikatan dengan protein dan memengaruhi aktivitas fungsionalnya yang kemudian memicu reaksi berantai sinyal lebih lanjut.

Beginilah cara pesan dikirim ke bagian otak yang disebut korteks pengecapan, tempat kita memproses dan merasakan sinyal sebagai rasa pahit.

Baca juga: Bagaimana Cara Otak Memilih Kenangan yang Harus Diingat?

Penemuan baru lainnya dalam studi ini adalah keterlibatan kolesterol yang berikatan dengan situs aktif pada TAS2R14 untuk membantu memicu proses pendeteksian rasa pahit.

“Melalui simulasi dinamika molekuler, kami juga menemukan bahwa kolesterol menempatkan reseptor dalam keadaan semi-aktif, sehingga dapat dengan mudah diaktifkan oleh rasa pahit,” kata ahli farmakologi Yoojoong Kim, dari UNC School of Medicine.

Temuan ini pun dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses tubuh yang rumit sekaligus peningkatan pengobatan di masa depan untuk kondisi kesehatan yang melibatkan reseptor TAS2R14 termasuk obesitas, diabetes, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik.

Penelitian ini dipublikasikan di Nature.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com