Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nyata Pria yang Alami Cegukan Selama 68 Tahun

Kompas.com - 08/07/2023, 11:33 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa dari Anda tentu pernah mengalami cegukan. Meski cukup mengganggu, untungnya itu tidak berlangsung lama.

Akan tetapi itu tidak berlaku bagi seorang pria bernama Charles Osborne. Kisah cegukan terlama di dunia yang pernah dialaminya, dideritanya selama 68 tahun.

Kisah cegukan Osborne, bermula pada tanggal 13 Juni 1922. Osborne muda yang bekerja di peternakan di Nebraska mulai cegukan kala itu dan tidak pernah berhenti sampai tahun 1990.

Dikutip dari Science Alert, Jumat (7/7/2023) meski telah mengunjungi banyak dokter, tidak ada yang dapat mengobati cegukannya.

Dilaporkan bahwa seorang dokter mencoba menghentikannya dengan karbon monoksida dan oksigen, tetapi Osborne tidak dapat bernapas dengan aman.

Ia pun akhirnya mulai berdamai dengan kondisi itu dan menjalani hari-harinya, bahkan ia menjadikannya cegukan itu sebagai bagian lelucon dalam kisah hidupnya.

Baca juga: Kisah Nyata yang Tragis di Balik Dongeng Beauty and the Beast

Osborne juga mempelajari teknik pernapasan untuk meminimalkan suara cegukan yang khas. Namun sesuatu terjadi pada Februari 1990, cegukan Osborne tiba-tiba berhenti karena alasan yang tidak diketahui.

Selama hidup bersama cegukan, Osborne diperkirakan telah mengalami sekitar 430 juta cegukan. Ia kemudian meninggal pada Mei 1991 setelah bebas tanpa cegukan selama lebih dari setahun.

Penyebab cegukan

Adapun penyebab cegukan diperkirakan terjadi karena ada peran jalur saraf yang disebut busur refleks. Di mana terjadi kontraksi otot pernapasan yang tidak disengaja dan pembukaan antara pita suara yang tiba-tiba menutup sehingga menimbulkan suara cegukan.

Hal-hal yang bisa memicu seseorang cegukan antara lain minum terlalu banyak alkohol, makan terlalu banyak, atau menghirup udara saat mengunyah, minum obat, atau bahkan kegirangan dan tertawa.

Cegukan dapat terjadi sendiri atau dalam kelompok dengan ritme yang cukup teratur, menghasilkan empat hingga 60 cegukan per menit.

Baca juga: Kisah Viral Balita Kena Herpes Usai Dicium Orang Dewasa, Benarkah Hal Ini Bisa Terjadi?

Ilustrasi cegukanshutterstock Ilustrasi cegukan

Tidak banyak yang diketahui mengapa cegukan bisa terjadi. Akan tetapi, itu bahkan sudah dialami sejak di dalam rahim, menunjukkan bahwa ini mungkin mempersiapkan otot untuk bernapas.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan cegukan adalah dengan minum atau berkumur air dingin, bernapas ke dalam kantong kertas, menahan napas, dan bahkan hipnosis atau akupuntur.

Meski tidak ada bukti bahwa semua ini efektif atau aman. 

Satu-satunya obat yang menjanjikan adalah sedotan khusus (disebut HiccAway) yang dikembangkan oleh ahli saraf dalam beberapa tahun terakhir. Dalam evaluasi awal, 90 persen orang menemukan HiccAway lebih efektif.

Kasus cegukan biasa sembuh tanpa intervensi, tetapi cegukan yang bertahan lama harus ditanggapi dengan lebih serius.

Baca juga: Kisah Pejuang Kanker Paru dalam Melawan Covid-19

Cegukan kronis yang terjadi secara terus menerus (lebih dari 48 jam hingga sebulan), tidak hanya membuat stres dan menyebabkan kelelahan dan penurunan berat badan, tetapi juga dapat menunjukkan penyebab mendasar yang serius.

Itu bisa berupa gangguan sistem saraf pusat, diabetes, pembedahan, refluks, stroke, atau kanker.

Penting untuk menemui dokter saat mengalami cegukan kronis, karena pemeriksaan yang tepat dapat mengungkap lebih banyak tentang penyebabnya.

Sebuah penelitian kecil menemukan 80 persen pasien cegukan kronis memiliki kelainan esofagus atau lambung, dan dua pertiga dari kasus tersebut dapat diobati.

Baca juga: Kisah Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Rumah Laksamana Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com