Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Lugi dan Enny, Suami Istri Pelopor Peminjaman Inkubator Gratis di Bogor

Kompas.com - 11/10/2022, 16:00 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Untuk keselamatan bayi prematur, inkubator adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Tanpa inkubator, bayi prematur yang belum bisa menghasilkan panas tubuh sendiri rawan mengalami hipotermia atau kedinginan dan bisa meninggal dunia.

Namun, biaya penggunaan inkubator di rumah sakit tidak murah. Untuk semalam, biaya penggunaan inkubator di rumah sakit bisa mencapai Rp 500.000. Padahal, bayi prematur mungkin membutuhkan inkubator hingga satu bulan lamanya.

Untuk menolong bayi-bayi prematur dari keluarga tidak mampu, sepasang suami istri mempelopori peminjaman inkubator gratis di Bogor, Jawa Barat.

Suami istri itu adalah Lugi Riyandi dan Bonaventura Enny, pendiri Yayasan Roda Harapan Indonesia. Yayasan ini tidak hanya meminjamkan inkubator gratis, tetapi juga kursi roda dan alat-alat kesehatan lainnya.

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: Tips Merawat Bayi Prematur agar Tumbuh Optimal

Bermula pada 2014

Hadir dalam program Inspirasi +62 yang ditayangkan secara live di semua lini media sosial Kompas.com, Lugi dan Enny menceritakan bagaimana mereka memulai peminjaman inkubator gratis.

Enny berkata bahwa pada akhir 2014, dia bertemu dengan seorang ibu tunggal yang melahirkan bayi prematur. Mengalami kesulitan finansial dan tidak memiliki BPJS, ibu tersebut kesulitan untuk mendapatkan inkubator.

Pada saat itu, Lugi ingat pernah menonton program peminjaman inkubator gratis di televisi. Namun, meski telah berhasil menghubungi pusat inkubator gratis, upaya itu tidak berhasil karena salah satu syaratnya adalah harus orangtua bayi sendiri yang menghubungi, sedangkan ibu yang saat itu dibantu mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan pusat inkubator.

"Akhirnya bayinya enggak tertolong," kata Enny.

Dari kejadian tersebut, Lugi dan Enny pun bertekad untuk menjadi agen relawan inkubator gratis. Lugi pun mendaftarkan diri.

Namun, salah satu syarat untuk menjadi agen inkubator gratis adalah mengganti biaya pembuatan inkubator yang pada tahun 2015 adalah Rp 2,5 juta.

Baca juga: Perawatan Saluran Cerna, Kunci Cegah Kematian Bayi Prematur

Enny mengatakan, sedangkan kami sehari-hari enggak ada kerjaan tetap karena sehari-hari kegiatan sosial saja. Jadi kami share ke komunitas kami, dan ternyata komunitas mendukung dan patungan.

Setelah terkumpul Rp 2,5 juta, Enny dan Lugi melapor untuk menjadi agen ke Prof Raldi Artono koestoer, guru besar teknik mesin Universitas Indonesia yang menciptakan inkubator tersebut.

Namun, rupanya untuk menjadi agen, Enny dan Lugi diharuskan untuk meminimal memiliki dua inkubator yang artinya mereka membutuhkan Rp 2,5 juta lagi.

Setelah berdiskusi dengan Prof Raldi mengenai kondisi wilayah Jonggol yang sangat membutuhkan inkubator gratis, Enny dan Lugi pun diperbolehkan untuk menjadi agen dengan satu inkubator dahulu.

Berawal dari satu inkubator, kini Yayasan Roda Harapan Indonesia sudah memiliki 11 inkubator, termasuk satu untuk bayi kembar, dan telah menolong sekitar 400 bayi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com