Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Anak SD Rambutnya Dipotong Guru Alami Trauma, Ini Kata Psikolog

Kompas.com - 10/08/2022, 08:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

"Kita suka enggak sadar kalau misalnya orang dewasa terus mengulang-ulang cerita itu terus. Jadi cerita ini di-endorse terus-menerus, dipaparkan terus kepada anak sehingga anak terekspos dengan cerita ini," jelas Astrid.

Perasaan sedih, marah, malu, dan kecewa setelah tiba-tiba rambut dipotong berantakan adalah hal yang wajar. Sehingga, orangtua perlu melakukan pendekatan agar mereka bisa terbuka menceritakan perasaannya.

"Ketika anak bisa menceritakan beban emosinya, dan didengar maka sebenarnya orang dewasa atau orangtua memberikan rasa aman kembali kepada anak. Tapi kalau misalnya orangtua meresponsnya dengan kurang tepat misalnya 'kenapa enggak melawan, kenapa mau aja diguting' anak jadi akan semakin merasa kurang berdaya," tegasnya.

Dia menilai, respons kita sebagai orang dewasa juga penting, untuk membantu anak pulih dari kondisi atau kejadian trauma yang dialami.

Cara mendisplinkan anak di sekolah

Di sisi lain, salah satu cara yang bisa digunakan guru ialah meminta anak untuk pulang lebih cepat, dan berkomunikasi dengan orangtua agar merapihkan rambut sesuai dengan peraturan yang ada di sekolah.

Baca juga: Anak Dipisahkan dari Orangtua Bisa Alami Trauma Berkepanjangan

"Orangtua juga harus tahu bahwa rambut benar-benar tidak boleh panjang, harus dipotong. Kalau enggak dipotong (misalnya) anak enggak bisa datang ke sekolah. Itu sebenarnya komunikasi," tambahnya.

Guru-guru di sekolah perlu untuk kembali ke tujuan pendidikan nasional, dan menggunakan upaya lain dalam mendisplinkan muridnya. Meski tidak mudah, tenaga pengajar dapat mencoba pendekatan baru yang sesuai dengan era saat ini.

Bila dilihat dari tujuan pendidikan nasional, capaian pembelajarannya utama untuk anak-anak ialah memiliki keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki karakter yang baik.

"Bagaimana mereka bisa punya karakter yang baik, kalau yang ditunjukkan kepada mereka adalah karakter yang tidak baik, yang berkuasa. Seperti kayak sepatu dibakar, handphone diambil itu kan memang tindakan yang memiliki unsur kekerasan, memiliki unsur diskriminasi terhadap anak, tidak menghargai hak anak, atau tidak melindungi anak," terang Astrid.

Ia berkata, guru adalah figur orangtua kedua di sekolah yang dapat mendidik anak-anak dengan menerapkan ketegasan disertai aturan yang jelas, namun tidak dengan kekerasan.

Baca juga: Video Viral Mahasiswi Curhat Pasang Kateter Berujung Teguran, Simak Tips Bijak Bermedia Sosial

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com