Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.
Dalam 1-3 hari setelah demam muncul, akan muncul bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, yang terutama ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.
Nantinya, bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel dan pustule yang dalam 10 hari akan berubah menjadi koreng.
Sebagai informasi, penyakit cacar monyet tergolong ke dalam genus Orthopoxvirus. Virus lain yang juga berasal dari genus tersebut adalah virus variola, penyebab penyakit cacar (smallpox) dan telah dinyatakan tereradikasi di seluruh dunia oleh WHO pada tahun 1980.
Baca juga: Mencegah Penyebaran Cacar Monyet dengan Riset, Ini Penjelasan BRIN
Berdasarkan data WHO, penyakit cacar monyet pada awalnya teridentifikasi pada tahun 1970 di Zaire dan sejak itu dilaporkan secara cepat di 10 negara di Afrika Tengah dan Barat.
Pada tahun 2017, Nigeria mengalami outbreak terbesar yang pernah dilaporkan, dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus.
Sejak Mei 2022, monkeypox mendapatkan perhatian kesehatan masyarakat internasional, karena dilaporkan dari negara non endemis, dan sejak 13 Mei, WHO telah menerima laporan kasus-kasus monkeypox yang berasal dari negara non endemis yang saat ini telah meluas secara global dengan total 75 negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.