Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belum Ada Pengobatan Spesifiknya, Ketahui Penularan dan Gejala Cacar Monyet

KOMPAS.com - Sejak ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli lalu, penularan cacar monyet terus meluas di sejumlah negara, yang bahkan negara non endemis penyakit ini.

Oleh karena itu, masyarakat khususnya yang kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, lansia dan orang dengan imunitas rendah harus selalu waspada karena virus ini berpotensi masuk ke Indonesia, terlebih negara tetangga seperti Singapura telah melaporkannya.

Pasalnya, seperti diungkapkan oleh dr. Adityo Susilo, SpPD, KPTI, FINASIM dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) melalui keterangan tertulis yang dikutip Kompas.com, Jumat (5/8/2022); belum ada pengobatan khusus untuk penyakit cacar monyet

Vaksinasi terhadap cacar atau smallpox memang pernah disebut dapat memberikan efektivitas proteksi sebesar 85 persen untuk mencegah infeksi cacar monyet, tetapi sejauh ini masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini.

Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menjelaskan, pemahaman yang baik terhadap infeksi cacar monyet dan kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa atau outbreak, menjadi modal utama dalam aspek pencegahan.

Menurut dia, upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi menjadi kunci pencegahan yang dinilai paling efektif saat outbreak, diiringi upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas.

Selain masyarakat, tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien agar segera melakukan tindak lanjut dengan tes PCR (polymerase chain reaction).

Metode pemeriksaan virus cacar monyet melalui PCR dilakukan dengan mendeteksi DNA virus tersebut.

Tak hanya mengonfirmasi kasus dengan tes PCR, tenaga kesehatan diimbau segera melaporkan ke dinas kesehatan setempat agar bisa segera dilakukan surveilans dan tindakan lebih lanjut lainnya.

Penularan virus cacar monyet

Pada awalnya, penyakit cacar monyet bersifat zoonosis yang penularan utamanya melalui kontak manusia dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi, seperti monyet, tupai, tikus dan rodents lainnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi penularan antar manusia yang diduga sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung melalui paparan droplet terinfeksi, lesi kulit, maupun benda yang terpapar cairan tubuh pasien.

Selain itu, dimungkinkan transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasenta, yang disebut infeksi cacar monyet kongenital, ujar Aditya.

Tidak hanya secara langsung melalui lesi atau cairan tubuh pasien terinfeksi, penularan cacar monyet juga bisa terjadi melalui daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak matang.

“Memakan daging hewan terinfeksi yang tidak dimasak dengan matang juga dikatakan dapat menjadi metode penularan yang lainnya," ujar Adityo yang juga menjadi pengurus pusat PETRI (Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia).

Gejala cacar monyet

Penyakit cacar monyet memiliki periode inkubasi berkisar antara 5-21 hari dengan rata-rata 6-16 hari.

Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.

Dalam 1-3 hari setelah demam muncul, akan muncul bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, yang terutama ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki.

Nantinya, bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel dan pustule yang dalam 10 hari akan berubah menjadi koreng.

Sebagai informasi, penyakit cacar monyet tergolong ke dalam genus Orthopoxvirus. Virus lain yang juga berasal dari genus tersebut adalah virus variola, penyebab penyakit cacar (smallpox) dan telah dinyatakan tereradikasi di seluruh dunia oleh WHO pada tahun 1980.

Berdasarkan data WHO, penyakit cacar monyet pada awalnya teridentifikasi pada tahun 1970 di Zaire dan sejak itu dilaporkan secara cepat di 10 negara di Afrika Tengah dan Barat.

Pada tahun 2017, Nigeria mengalami outbreak terbesar yang pernah dilaporkan, dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus.

Sejak Mei 2022, monkeypox mendapatkan perhatian kesehatan masyarakat internasional, karena dilaporkan dari negara non endemis, dan sejak 13 Mei, WHO telah menerima laporan kasus-kasus monkeypox yang berasal dari negara non endemis yang saat ini telah meluas secara global dengan total 75 negara.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/06/140000923/belum-ada-pengobatan-spesifiknya-ketahui-penularan-dan-gejala-cacar-monyet

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke