KOMPAS.com - Rusia secara resmi mengumumkan menarik diri dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Pengumuman itu disampaikan oleh Yuri Borisoc, kepala badan antariksa Rusia Roscosmos, Selasa (26/7/2022), dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Keputusan untuk meninggalkan stasiun setelah 2024 telah dibuat. Saya pikir saat ini kami akan mulai menyusun stasiun orbital Rusia," kata Borisov.
Rusia sebelumnya memang berencana untuk membangun stasiun luar angkasa eksklusif Rusia yang disebut Stasiun Layanan Orbital Rusia. Rencana tersebut pertama kali diusulkan pada tahun 2021.
Seperti dikutip dari Live Science, Rabu (27/7/2022); ini bukan pertama kalinya Roscosmos mengisyaratkan niatnya untuk menarik diri dari ISS setelah 2024.
Baca juga: Rusia: Sanksi Negara Barat Berpotensi Sebabkan Stasiun Luar Angkasa Internasional Jatuh ke Bumi
Pendahulu Borisov, Dmitry Rogozin, membuat klaim serupa pada Juni 2021. Alasan utamanya adalah sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Rusia. Seperti diketahui sanksi Barat terhadap Rusia telah meningkat setelah invasi negara itu ke Ukraina pada Februari.
Pihak NASA sendiri mengaku belum menerima pemberitahuan resmi tentang penarikan diri Rusia dari ISS.
"Kami belum menerima kabar dari mitra (Rusia) mengenai berita ini," kata Robyn Gates, direktur ISS untuk NASA, dikutip dari Phys.
Sementara itu menanggapi apakah penarikan diri ini akan membuat hubungan luar angkasa Rusia dan Amerika Serikat berakhir, Gates pun menyebut itu tak akan berpengaruh.
"Mereka telah menjadi mitra yang baik, seperti semua mitra kami dan kami ingin terus bersama sebagai mitra untuk terus mengopeprasikan stasiun luar angkasa selama dekade ini," paparnya.
Baca juga: China Kirim Tiga Astronot untuk Bangun Stasiun Luar Angkasa
Meski komitmen Rusia saat ini berakhir pada akhir 2024, NASA berharap untuk memperpanjang operasi ISS hingga 2030.
Modul pertama ISS diluncurkan pada tahun 1998 dan astronot telah tinggal di sana sejak November 2000. Stasiun ini merupakan kolaborasi bersama antara Amerika Serikat, Rusia, Kanada, Eropa, dan Jepang.
Menurut Jordan Bimm, sejarawan sains; penarikan Rusia ini dapat secara signifikan memperumit operasi stasiun luar angkasa di masa depan.
ISS terdiri dari dua bagian yang saling berhubungan. Satu dijalankan oleh NASA dan yang lainnya oleh Rusia.
Susunan panel surya di bagian NASA menghasilkan banyak daya stasiun. Sementara itu bagian Rusia menyediakan propulsi untuk mendorong ISS secara berkala ke orbit yang lebih tinggi dan mencegahnya jatuh ke Bumi.
Baca juga: NASA Berencana Jatuhkan Stasiun Luar Angkasa Internasional ke Samudra Pasifik pada 2030
Jika Rusia mundur, negara mitra yang tersisa perlu menerapkan beberapa cara propulsi lain untuk menjaga ISS tetap aman di orbit.
"Penarikan itu akan memakan waktu. Kemungkinan besar, kita perlu menafsirkan ini sebagai penolakan Rusia untuk memperpanjang operasi stasiun hingga 2030," ungkap Pavel Luzin, analisis militer dan luar angkasa Rusia.
Lebih lanjut, awal tahun ini NASA mengumumkan rencana baru untuk menonaktifkan stasiun luar angkasa yang menua tersebut pada Januari 2031. Caranya dengan membiarkan ISS jatuh ke sudut terpencil Samudra Pasifik yang dikenal sebagai Point Nemo.
NASA juga telah menandatangi perjanjian dengan tiga perusahaan swasta untuk meluncurkan beberapa stasiun luar angkasa komersial baru pada akhir dekade 2020-an.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.