KOMPAS.com - Indonesia memang rawan bencana gempa bumi dan tsunami, sebab negara kita berlokasi di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif utama dunia, yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia.
Dilansir dari informasi dalam laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2018, dalam setahun rata-rata dapat terjadi gempa bumi besar berkekuatan 7-7,9 magnitudo sebanyak dua kali, serta gempa bumi berkekuatan lebih besar dari 8 magnitudo setiap 5-6 tahun sekali.
Dalam kurun waktu 27 tahun periode 1990-2017, setidaknya telah terjadi 166 gempa bumi merusak dan 16 di antaranya memicu terjadinya tsunami.
Baca juga: BMKG: Waspada Ancaman Gempa Bumi dan Tsunami di Sepanjang Selatan Jawa
Gempa bumi menengah hingga besar berkedalaman dangkal berpotensi memicu kejadian tsunami. Gelombang tsunami pun dapat berdampak pada daerah yang berlokasi dekat dengan pantai.
Menurut informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ESDM, terdapat empat tipe pantai rawan tsunami di Indonesia.
Pantai rawan tsunami adalah pantai yang berhadapan langsung dengan sumber gempa bumi, yang mempunyai kondisi seperti:
[MICANPEDIA PANTAI RAWAN TSUNAMI]
— PVMBG (@PVMBG_) July 26, 2022
Hai kawan mitigasi,
Tau kan klo ada tipe pantai rawan tsunami? Ini lho pengertiannya… pic.twitter.com/gcCcrEdLeH
Baca juga: Gempa Terkini Guncang Nias Selatan Hari Ini, Berkekuatan M 5,1 Berpusat di Zona Megathrust Batu
Berdasarkan hasil kajian ilmiah yang didukung sejarah kejadian bencana gempa bumi dan tsunami, membuktikan wilayah selatan Jawa menjadi salah satu daerah di Indonesia dengan risiko tinggi ancaman gempa bumi dan tsunami.
Cilacap menjadi satu wilayah yang berada di garis pantai selatan Jawa, menghadap langsung zona tumbukan dua lempeng yaitu lempeng Samudra Hindia dan Eurasia.
Dalam pemodelan yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dengan skenario terburuknya, pantai Cilacap berpotensi terjadi tsunami dengan ketinggian melebihi 10 meter, sebagai akibat dari gempa berkekuatan 8,7 magnitudo dalam tumbukan dua lempeng tersebut.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkap, bahwa Cilacap yang berada di garis pantai selatan Jawa, menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudra Hindia dengan lempeng Eurasia.
"Dari hasil pemodelan tsunami dengan skenario terburuk, dikhawatirkan ketinggian lebih dari 10 meter di pantai Cilacap, sebagai akibat dari gempa bumi dengan kekuatan M 8,7 pada zona megathrust dalam tumbukan lempeng tersebut,” ujar Dwikorita kepada Kompas.com, Kamis (28/7/2022).
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Selatan Jawa, Begini Analisis Geologinya