Kendati demikian, WHO masih belum mengetahui secara pasti bagaimana awal penyebaran virus tersebut. Sehingga, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi reservoir maupun cara ia bertahan di alam.
Baca juga: Sejarah Wabah Cacar Monyet, Pertama Ditemukan Tahun 1958
"Virus cacar monyet ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak dekat dengan lesi, cairan tubuh, tetesan pernapasan, dan bahan yang terkontaminasi seperti tempat tidur," terang WHO.
Adapun masa inkubasi cacar monyet biasanya dari 6 hingga 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 hingga 21 hari.
Beberapa kasus juga dilaporkan teridentifikasi di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) atau gay. Namun, WHO telah menegaskan bahwa penyakit ini bisa dialami siapa pun yang telah berkontak fisik dengan pasien.
Lantaran lesi cacar monyet biasanya terjadi pada kulit di banyak atau semua bagian tubuh serta di mulut, ada risiko tinggi penyebaran virus melalui kontak fisik dekat dalam keluarga maupun dengan pasangan.
Umumnya penyakit tersebut bisa sembuh sendiri, tetapi kemungkinan kekebalan terhadap cacar monyet lebih rendah bagi orang di negara non endemik. Sebab, virus sebelumnya tidak diidentifikasi pada populasi ini.
Berdasarkan penyelidikan epidemiologi yang telah dilakukan, ada dua clade atau nenek moyang virus monkeypox yakni clade Afrika Barat dan clade Congo Basin (Afrika Tengah). Clade di Kongo tampaknya lebih sering menyebabkan penyakit parah dengan rasio fatalitas kasus (CFR) hingga sekitar 10 persen.
Baca juga: Kemenkes Rilis 5 Klasifikasi Kasus Cacar Monyet, Apa Saja?
WHO mencatat, vaksin cacar dan obat tecovirimat telah disetujui penggunaannya untuk cacar monyet di berbagai negara, sejak tahun 2019 hingga sekarang. Sayangnya, upaya pencegahan cacar monyet dengan vaksin belum tersedia secara luas di sebagian besar negara, bahkan sama sekali tidak ada di beberapa negara.
"WHO telah mengumpulkan para ahli untuk meninjau data terbaru tentang vaksin cacar dan cacar monyet, dan untuk memberikan panduan tentang bagaimana dan dalam keadaan apa mereka harus digunakan," ungkap mereka.
Sejauh ini WHO menilai bahwa risiko cacar monyet pada tingkat global termasuk kategori "sedang," mengingat penyakit ini mulai mewabah di luar Afrika Barat atau Tengah.
Dilihat dari banyaknya kasus di berbagai negara, menunjukkan bahwa penularan manusia ke manusia sudah berlangsung, dan virus mungkin telah beredar selama beberapa minggu atau bahkan lebih dari itu.
Ada pula potensi dampak kesehatan yang lebih besar dengan penyebaran lebih luas pada kelompok rentan. Pasalnya kematian di antara kasus-kasus dalam wabah yang sebelumnya dilaporkan, kerap terjadi pada anak-anak, dan individu dengan gangguan kekebalan termasuk orang dengan HIV.
Sementara ini, pelacakan kontak adalah langkah kunci kesehatan masyarakat untuk mengendalikan penyebaran patogen penyakit menular seperti virus cacar monyet.
Hal tersebut dapat meminimalkan penularan, serta membantu orang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah untuk lebih cepat mengidentifikasi kemungkinan terpapar.
Sehingga status kesehatan mereka dapat dipantau, dan dapat mencari perawatan medis lebih cepat jika menunjukkan gejala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.