Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Fakta Badai Matahari 14 April 2022 | Astronom Temukan Komet Terbesar | Penyakit Distrofi Miotonik | Jenis Jamu Gendong

Kompas.com - 15/04/2022, 07:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Kendati begitu, badai Matahari yang paling ringan sekalipun bisa menyebabkan fluktuasi jaringan listrik, bahkan pengoperasian satelit di orbit. Fenomena ini juga dapat mengganggu sinyal radio, sistem navigasi, dan hewan yang bermigrasi.

Sebab, saat badai geomagnetik bersentuhan dengan medan magnet Bumi, maka berpotensi menyebabkan pemadaman radio, bahkan pemadaman listrik jika secara langsung menyerang transformator.

Selengkapnya, berita populer Sains tentang fakta dan dampak badai Matahari 14 April 2022 dapat disimak di sini.

Baca juga: Fakta Penting Badai Matahari 14 April 2022, Penyebab hingga Dampak

Astronom temukan komet terbesar

Dalam studi yang dipublikasikan di The Astrophysical Journal Letters tahun 2022, para astronom mengonfirmasi keberadaan komet terbesar di Tata Surya itu sebagai C/2014 UN271 atau Bernardinelli-Bernstein itu.

Komet terbesar ini diklaim memiliki ukuran 50 kali lebih besar dari rata-rata komet. Sementara untuk lebarnya hampir 140 kilometer, yang membuatnya dikenal sebagai komet raksasa.

"Komet ini benar-benar puncak gunung es bagi ribuan komet yang terlalu redup untuk dilihat di bagian Tata Surya yang lebih jauh," ujar astronom di University of California, Los Angeles (UCLA), David Jewitt.

Berdasarkan studi yang dipimpin Man-To Hui dari Macau University of Science and Technology, komet Bernardinelli-Bernstein berasal dari awan oort.

Awan oort adalah material berbentuk bola dari benda-benda es di sekitar Matahari. Komet itu juga dijuluki sebagai "bola salju kotor" lantaran terdiri dari material batu, serta puing-puing lainnya.

Komet Bernardinelli-Bernstein diprediksi tidak akan membahayakan Bumi, sebab kecepatan luncurnya 33.500 km/jam, yang artinya sangat jauh dari planet kita.

Informasi populer Sains tentang temuan komet terbesar di Tata Surya ini, dapat dibaca selengkapnya di sini.

Baca juga: Astronom Berhasil Temukan Komet Terbesar di Tata Surya, Seperti Apa?

Penyakit distrofi miotonik pengisi suara Aladdin

Berdasarkan data Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD) Amerika Serikat, myotonic dystrophy atau distrofi miotonik adalah penyakit kelainan genetik yang menyerang otot kemudian melemahkannya.

Distrofi miotonik disebabkan oleh mutasi pada gen yang disebut CNBP. Protein CNBP memiliki fungsi untuk membangun protein yang mengikat DNA dan RNA. Selain itu, membantu mengatur protein mana yang dibuat sel serta kapan waktu pembentukannya.

GARD menyebutkan, ketika bermutasi, gen CNBP menyebabkan sel-sel membentuk messenger RNA (mRNA) yang menggumpal lalu mengganggu produksi protein lainnya. Maka fungsi sel otot akan rusak, yang pada akhirnya mengakibatkan gejala distrofi otot.

Gejala distrofi miotonik umumnya muncul ketika seseorang memasuki usia 20 hingga 30 tahunan. Umumnya gejala yang dialami adalah myotonia, atau kontraksi otot yang berkepanjangan, sehingga membuat otot sulit untuk mengendurkan setelah tubuh merasa tegang.

Lebih lengkap tentang berita populer Sains, penyakit distrofi miotonik yang menyebabkan pengisi suara Aladdin, Gilbert Gottfried meninggal dunia, dapat disimak di sini.

Baca juga: Pengisi Suara Film Aladdin Gilbert Gottfried Meninggal Dunia akibat Distrofi Miotonik, Penyakit Apa Itu?

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com