Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Data yang Jadi Pertimbangan Penentuan Hilal Awal Ramadhan 1443 Hijriyah

Kompas.com - 21/03/2022, 17:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Ada banyak data yang akan dijadikan indikasi atau pertimbangan dalam penentuan hilal awal bulan Ramadhan 1443 Hijriyah.

Bulan Hijriyah atau Bulan Qomariyah merupakan salah satu kalender yang digunakan manusia dalam pengaturan waktu sehari-hari.

Bulan dalam kalender Hijriyah didasarkan pada keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi, dan Bumi bersama Bulan dalam mengelilingi Matahari.

Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono, ST, Dipl.Seis,MSc mengatakan, penentuan awal bulan Hijriyah ini sangat penting bagi umat islam karena berhubungan dengan waktu ibadah, terutama bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijah.

Umumnya, para stakeholder atau pihak-pihak terkait yang berwenang dalam penentuan awal bulan di kalender hijriyah akan membaca data hilal atau keberadaan Bulan baru di langit.

Dalam penentuan awal bulan Ramadhan 1443 Hijriyah, berikut beberapa informasi data-data hilal atau hasil hisab saat Matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan rukyat (observasi) hilal.

1. Waktu konjungsi (Ijtima') dan waktu terbenam Matahari

Konjungsi geosentrik atau konjungsi (ijtima') adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandalkan berada di pusat Bumi.

Baca juga: Awal Ramadhan Selasa 13 April 2021, Bagaimana Ahli Tentukan Posisi Hilal?

Peristiwa konjungsi dalam pengamatan hilal sebagai penentuan awal Ramadhan 2022 ini akan kembali terjadi pada hari Jum’at, 1 April 2022 M, pukul 06.24.15 UT atau pukul 13.24.15 WIB atau pukul 14.24.15 WITA atau pukul 15.24.15 WIT, yaitu saat nilai bujur ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 11,509 derajat. 

Periode sinodis Bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29 hari 12 jam 50 menit. Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon teramati.

"Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 1 April 2022 di wilayah Indonesia," tulis BMKG dalam keterangan resminya.

Rahmat menjelaskan, berdasarkan hal-hal di atas, secara astronomis pelaksanaan rukyat Hilal penentu awal bulan Ramadhan 1443 Hijriyah bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam tanggal 1 April 2022.

Sementara, bagi yang menerapkan hisab hilal dalam penentuan awal bulan Ramadhan 1443 Hijriyah, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 1 April 2022 tersebut.

Baca juga: Mengenal Hilal, Penentu Awal Bulan Ramadhan dan Sabda Nabi SAW

Tim perukyah mempersiapkan peralatan rukyah untuk melihat hilal penanda pergantian bulan dalam penanggalan komariyah di Bukit Banjarsari, Kabupaten Blitar, Selasa (11/5/2021)KOMPAS.COM/ASIP HASANI Tim perukyah mempersiapkan peralatan rukyah untuk melihat hilal penanda pergantian bulan dalam penanggalan komariyah di Bukit Banjarsari, Kabupaten Blitar, Selasa (11/5/2021)

2. Peta ketinggian hilal

Peta perkiraan ketinggian hilal ini, diprediksikan untuk pengamat di antara 60 derajat LU sampai dengan 60 derajat LS saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan Bumi pada tanggal 1 April 2022 yakni saat penentuan awal Ramadhan dilakukan.

 

Tinggi hilal adalah besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi Bulan di Hoizon. Pada peta perkiraan ketinggian hilal tersebut, tinggi hilal ini teramati hingga ke posisi pusat piringan Bulan berada.

Untuk diketahui, tinggi hilal positif berarti hilal berada di atas horizon pada saat Matahari terbenam.

Sedangkan, tinggi hilal negatif berarti hilal berada di bawah horizon pada saat matahari terbenam.

Ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 1 April 2022, berkisar antara 1,12 derajat di Jayapura, Papua sampai dengan 2,19 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.

Baca juga: BMKG Keluarkan Data Hilal Awal Bulan Syawal pada 11-12 Mei 2021

3. Peta elongasi

Sama halnya dengan perkiraan peta ketinggian hilal, peta elongasi saat ini dibuat untuk pengamat di antara 60 derajat LU sampai dengan 60 derajat LS.

Pada peta yang ada, elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari yang diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.

Elongasi di Indonesia saat Matahari terbenam pada 1 April 2022, berkisar antara 2,87 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 3,46 derajat di Sabang, Aceh.

4. Peta umur bulan

Umur bulan adalah selisih waktu terbenam Matahari dengan waktu terjadinya konjungsi.

Untuk pengamat di antara 60 derajat LU sampai dengan 60 derajat LS, umur bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 1 April 2022, berkisar antara 2,31 jam di Merauke, Papua sampai dengan 5,39 jam di Sabang, Aceh.

Baca juga: Sidang Isbat Sore Ini, Begini Cara Ilmuwan Melihat Hilal Awal Ramadhan

Petugas dari Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Selatan memantau hilal di lantai 7 Gedung Universitas Islam Negeri (UIN) Palembang, Senin (12/4/2021). Dari pantauan tersebut, petugas tak dapat melihat hilal lantaran tertutup awan. Pemerintah melalui Kemenag RI telah memutuskan awal puasa atau 1 Ramadhan 1442 Hijriah di Indonesia jatuh pada Selasa (13/4/2021).KOMPAS.com / AJI YK PUTRA Petugas dari Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Selatan memantau hilal di lantai 7 Gedung Universitas Islam Negeri (UIN) Palembang, Senin (12/4/2021). Dari pantauan tersebut, petugas tak dapat melihat hilal lantaran tertutup awan. Pemerintah melalui Kemenag RI telah memutuskan awal puasa atau 1 Ramadhan 1442 Hijriah di Indonesia jatuh pada Selasa (13/4/2021).

5. Peta lag

Lag adalah selisih waktu terbenam Bulan dengan waktu terbenam Matahari.

Lag di Indonesia saat Matahari terbenam pada 1 April 2022, berkisar antara 6,44 menit di Jayapura, Papua sampai dengan 11,33 menit di Tua Pejat, Sumatera Barat.

6. Peta fraksi iluminasi bulan

BMKG juga memetakan fraksi iluminasi bulan (FIB). FIB adalah presentase perbandingan antara luas piringan Bulan yang tercahayai Matahari dan menghadap ke pengamat dengan luas seluruh piringan Bulan.

Fraksi Iluminasi Bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 1 April 2022, berkisar antara 0,06 persen di Merauke, Papua sampai dengan 0,09 persen di Sabang, Aceh.

7. Objek astronomis lainnya yang berpotensi mengacaukan rukyat hilal

Dalam perencanaan rukyat hilal, perlu dipperkirakan juga objek-obek astronomis selain hilal dan Matahari yang posisinya berdekatan dengan Bulan dan kecerlangannya tidak berbeda jauh dengan hilal atau lebih cerlang daripada hilal.

Baca juga: Sidang Isbat: Hilal Awal Ramadhan 2020 Cukup Tua, Ini Penjelasannya

Objek astronomis ini dapat berupa planet, misalnya Venus atau Merkurius, atau berupa bintang yang cerlang, seperti Sirius.

Adanya objek astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat menganggapnya sebagai hilal.

Disebutkan bahwa pada tangal 1 April 2022, dari sejak Matahari terbenam hingga bulan terbenam tidak ada objek astronomis lainnya yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10 derajat dari Bulan.

8. Data hilal saat matahari terbenam untuk kota-kota Indonesia

Data hilal ini meliputi data posisi lokasi Matahari dan Bulan, waktu terbenam dan azimuth keduanya dari setiap wilayah di Indonesia.

Selain itu, ada juga data konjungsi bulan dan posisi bulan relatif terhadap matahari (elongasi), serta kecerlangan bulan (FI Bulan).

Baca juga: 3 Metode Melihat Hilal, dengan Mata Telanjang sampai Teleskop

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com