Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Matahari Terbesar Memicu Aurora yang Intens

Kompas.com - 16/05/2024, 09:35 WIB
Annisa Fakhira Mulya Wahyudi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber CNN,NOAA

KOMPAS.com - Selama beberapa malam terakhir, Bumi telah bermandikan cahaya hijau dan merah yang berkilauan di langit –aurora- dan masih banyak lagi yang akan terjadi.

Hal ini terjadi karena Bumi sedang dilanda badai matahari, yaitu ketika aliran besar material yang meledak dari Matahari menghantam medan magnetplanet kita.

Baca juga: Badai Matahari Paling Dahsyat Pernah Hantam Bumi 14.300 Tahun Lalu

Akibat badai matahari terbesar

Badai matahari adalah sebuah siklus 11 tahun sekali yang memang sudah sering terjadi. Namun yang membuat badai matahari (atau geomagnetik) saat ini begitu penting adalah kekuatannya yang luar biasa.

Kali ini, yang terjadi adalah badai matahari terbesar melebihi yang pernah terjadi Halloween pada tahun 2003 . Peristiwa tersebut berpotensi membuat sedikit kekacauan di Bumi, meskipun begitu, sejauh ini belum ada gangguan berarti yang dilaporkan akibat badai.

Salah satu peristiwa yang diakibatkan oleh kuatnya badai matahari kali ini adalah kemunculan aurora yang benar-benar mencengangkan dan menari melintasi langit Bumi, hingga garis lintang yang jauh lebih rendah dari biasanya.

Baca juga: Apa Saja Dampak Badai Matahari pada Bumi?

National Oceanic and Atmospheric mengamati kondisi badai geomagnetik ekstrem pada pukul 18:54 ET pada Jumat malam (10/05/2024), mencapai tingkat 5 dari 5 tingkat keparahan.

Badai ini diberi label sebagai badai matahari "ekstrem" yang merupakan jenis badai matahari paling dahsyat yang melanda Bumi dan itu bisa berbahaya.

Badai Besar Halloween sendiri menyebabkan fluktuasi jaringan listrik di seluruh Amerika Utara, pemadaman listrik di Swedia, dan menghancurkan 12 trafo pembangkit listrik di Afrika Selatan.

Sejauh yang kami ketahui, badai matahari yang terjadi saat ini belum menimbulkan kerusakan apa pun, meskipun telah dilaporkan terjadinya penyimpangan jaringan listrik, dikutip dari NOAA.

Anomali jaringan listrik tersebut merupakan akibat dari arus yang dihasilkan oleh interaksi partikel di atmosfer. Arus ini menimbulkan lonjakan pada jaringan listrik yang dapat menyebabkan kerusakan.

Baca juga: Apa Itu Fenomena Badai Matahari?

Komunikasi satelit dan radio frekuensi tinggi juga dapat terganggu, meskipun kebanyakan orang tidak menyadarinya.

Penyebab badai matahari

Pelakunya adalah wilayah bintik matahari bernama AR 3664 yang saat ini melintasi permukaan Matahari. Wilayah yang sangat luas ini dapat terlihat tanpa teleskop.

Ia juga sangat aktif, mengeluarkan beberapa suar kelas X, suar paling kuat yang mampu dihasilkan oleh Matahari kita.

Namun suar saja tidak mempunyai dampak sebesar ini terhadap Bumi. Dampak terbesarnya adalah lontaran massa koronal (CME) yang terkadang terjadi bersamaan dengan suar, yang dilepaskan dari daerah bintik matahari, di mana penyambungan kembali medan magnet matahari menyebabkan ledakan energi yang sangat besar.

CME adalah pelepasan plasma dan medan magnet secara besar-besaran yang dikeluarkan dari Matahari ke Tata Surya, dalam kisaran miliaran ton .

Para ilmuwan juga mengamati setidaknya tujuh lontaran massa koronal (CME), meletus dari atmosfer luar Matahari, melepaskan medan magnet dari Matahari ke arah Bumi. Ledakan besar ini diperkirakan akan berlanjut hingga Minggu, dikutip dari CNN.

Baca juga: Badai Matahari Dilaporkan Hantam Medan Magnet Bumi, Apa Dampaknya?

Diperlukan waktu beberapa hari untuk mencapai Bumi, namun ketika CME menghantam medan magnet planet kita, hal itu menimbulkan sedikit keributan.

Partikel-partikel di CME dipercepat sepanjang garis medan magnet bumi hingga mereka dibuang ke atmosfer kita, tempat mereka berinteraksi dengan partikel-partikel yang sudah ada di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com