Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/05/2024, 21:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Sumber Space

KOMPAS.com - Aurora, juga dikenal sebagai cahaya utara (aurora borealis) dan cahaya selatan (aurora australis), adalah fenomena alam menakjubkan yang telah memikat manusia selama ribuan tahun.

Pemandangan luar biasa ini terjadi di dekat kutub Bumi dan bermanifestasi sebagai pertunjukan cahaya menari yang mempesona, yang disebabkan oleh interaksi antara partikel matahari dan atmosfer Bumi.

Aurora hadir dalam beragam warna – mulai dari hijau, merah muda, hingga biru dan ungu. Namun, di antara warna-warna tersebut, hijau adalah warna aurora yang paling umum.

Kenapa aurora lebih sering berwarna hijau?

Warna aurora yang paling umum adalah hijau. Aurora hijau biasanya dihasilkan ketika partikel bermuatan bertabrakan dengan molekul oksigen konsentrasi tinggi di atmosfer Bumi pada ketinggian sekitar 100 hingga 300 km.

Kita juga melihat aurora hijau dengan lebih baik daripada warna lainnya, karena mata manusia paling sensitif terhadap spektrum warna hijau.

Baca juga: Ilmuwan Pertama Kali Temukan Aurora di Matahari

Penyebab munculnya aurora

Aurora disebabkan oleh partikel berenergi dari matahari yang menghantam atmosfer bagian atas bumi dengan kecepatan hingga 72 juta km per jam. Medan magnet Bumi kemudian mengarahkan partikel tersebut ke kutub utara dan selatan.

Partikel bermuatan listrik kemudian memasuki atmosfer Bumi, menarik atom dan molekul gas, hingga menghasilkan aurora.

Prosesnya mirip dengan cara kerja lampu neon, yakni ketika molekul dan atom "tereksitasi" oleh elektron, mereka harus kembali ke energi aslinya dan melakukannya dengan melepaskan energi sebagai foton (cahaya). Warna lampu neon bergantung pada campuran gas di dalam tabung, seperti halnya warna aurora bergantung pada campuran gas di atmosfer.

Atmosfer Bumi mengandung sekitar 78% nitrogen, 21% oksigen, 0,93% argon, dan 0,04% karbon dioksida. Udara kita juga mengandung sejumlah kecil neon, helium, metana, kripton, ozon, hidrogen, serta uap air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com