Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2024, 18:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Di berbagai wilayah di dunia, lebih dari 80 juta orang tinggal di ketinggian sekitar 2.500 meter di atas permukaan laut, terutama di Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Afrika Timur.

Beberapa pemukiman tertinggi di dunia berada di Wenquan, Provinsi Qinghai, Tiongkok, dengan ketinggian 4.870 meter di atas permukaan laut, dan Korzok di India, dengan tinggi sekitar 4.572 meter di atas permukaan laut.

Namun, ada satu pemukiman yang lebih tinggi dari wilayah tersebut. Terletak di Andes Peru, La Rinconada memiliki 50.000 penduduk yang tinggal di ketinggian antara 5.000 hingga 5.300 meter di atas permukaan laut. Ini menjadikannya pemukiman tertinggi di Bumi.

Kehidupan di La Rinconada penuh tantangan. Di daerah ini, tidak ada air mengalir. Makanan mereka pun harus diimpor dari daerah dataran rendah dan listrik baru dipasang di kota ini pada tahun 2000an.

La Rinconada terkenal dengan penambangan emasnya, yang awalnya merupakan pemukiman penambangan sementara lebih dari 60 tahun yang lalu.

Baca juga: Manusia Purba 200.000 Tahun Lalu Sudah Diami Dataran Tinggi Tibet

Tantangan fisik

Jika seseorang tidak dilahirkan di dataran tinggi dan pergi ke wilayah seperti La Rinconada, salah satu perubahan pertama yang akan disadari adalah laju pernapasan dan detak jantung yang meningkat.

Hal ini karena oksigen yang tersedia di udara lebih sedikit, sehingga paru-paru dan jantung perlu bekerja lebih keras untuk memberi nutrisi pada jaringan.

Cynthia Beall, profesor antropologi di Case Western Reserve University, Ohio, mengatakan bahwa paa awalnya, persentase hemoglobin – protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen – dalam darah juga akan menurun.

Beberapa orang mungkin mengalami kondisi yang disebut penyakit gunung akut, yakni ketika tubuh mencoba menyesuaikan dengan kadar oksigen yang lebih rendah. Hal ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual dan kehilangan nafsu makan.

Biasanya, setelah sekitar satu atau dua minggu berada di ketinggian, detak jantung dan pernapasan seseorang akan sedikit melambat ketika tubuh mulai membuat lebih banyak sel darah merah dan hemoglobin untuk mengimbangi rendahnya kadar oksigen di udara.

Baca juga: Mengapa Pegunungan Andes Berukuran Sangat Besar?

Beradaptasi dengan ketinggian

Meski sulut, penduduk dataran tinggi, seperti mereka yang tinggal di La Rinconada, tampaknya telah beradaptasi dengan lingkungan rendah oksigen dengan berbagai cara.

Menurut Beall, ada bukti ilmiah yang menyebut bahwa terjadi peningkatan volume paru-paru, baik sedikit atau sangat besar, pada orang-orang yang terpapar ketinggian, terutama sebelum masa remaja.

Penduduk dataran tinggi Andes, misalnya, memiliki konsentrasi hemoglobin yang tinggi dalam darahnya sehingga membuat darah mereka lebih kental.

Meski demikian, ini memungkinkan penduduk Andes memiliki lebih banyak oksigen dalam darahnya, yang juga berarti bahwa mereka rentan terhadap penyakit gunung kronis, yang terjadi ketika tubuh memproduksi sel darah merah dalam jumlah berlebihan.

Sebaliknya, penduduk dataran tinggi Tibet, meskipun tinggal di dataran tinggi, tidak memiliki konsentrasi hemoglobin yang tinggi sehingga berisiko rendah terkena penyakit tersebut. Mereka diyakini telah beradaptasi dengan lingkungan rendah oksigen dengan memiliki aliran darah yang lebih tinggi ke seluruh tubuh.

Secara khusus, orang Tibet membawa mutasi pada gen yang disebut EPAS1 yang menurunkan jumlah hemoglobin dalam darah. Mutasi ini diyakini diwarisi dari sepupu manusia yang telah punah, Denisovan.

Mutasi pada EPAS1 juga baru-baru ini ditemukan pada sekelompok penduduk dataran tinggi Andes, yang kini masih coba diselidiki lebih lanjut oleh para ilmuwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com