Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Mengurangi Konsumsi Garam Bisa Turunkan Risiko Masalah Jantung

Kompas.com - 26/05/2024, 20:23 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Garam, secara ilmiah, dikenal sebagai mineral natrium klorida. Natrium dan klorida adalah nutrisi penting. Kita mendapatkan klorida dari banyak makanan, tapi natrium kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk garam.

Kita membutuhkan keduanya untuk fungsi penting tubuh, seperti mengaktifkan saraf dan otot serta menjaga keseimbangan cairan.

Namun, mengonsumsi terlalu banyak natrium juga menimbulkan masalah. Hal ini dapat mengakibatkan retensi cairan dalam darah, yang meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi memberi tekanan pada pembuluh darah dan organ tubuh, meningkatkan risiko stroke, penyakit pembuluh darah, serangan jantung, dan penyakit ginjal.

Mengurangi garam untuk kesehatan jantung

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Dr. Yoon Jung Park dari Rumah Sakit Universitas Nasional Kyungpook, Korea Selatan, menemukan bahwa mengurangi garam dalam makanan dapat mengurangi risiko penyakit jantung tertentu hingga lebih dari 10 persen.

Sensitivitas terhadap garam sangat bervariasi antar orang. Hal ini sebagian disebabkan oleh faktor genetik, namun aklimatisasi juga berperan tergantung pada kebiasaan makan kita yang teratur. Bahkan, berpotensi dipengaruhi oleh seberapa banyak garam yang dikonsumsi ibu kita saat kita masih dalam kandungan.

Baca juga: Apa Manfaat Mencuci Wajah dengan Air Garam?

Kabar baiknya adalah jika kita mengurangi jumlah garam dalam makanan secara perlahan selama beberapa minggu, indera perasa kita dapat beradaptasi seiring dengan perubahan tersebut, sehingga persepsi kita dapat menyesuaikan dengan kebutuhan garam yang lebih sedikit.

Cara sederhana lainnya untuk mengurangi konsumsi garam adalah dengan beralih ke gilingan yang lebih halus dan hanya menambahkan garam pada bagian luar makanan. Hal ini membantu garam larut dan memenuhi selera lebih cepat, sehingga kita mendapatkan rasa garam yang lebih kuat dengan lebih sedikit garam.

Menambahkan herba ke dalam makanan juga merupakan cara untuk meningkatkan rasa tanpa menggunakan garam dalam jumlah banyak.

Perlu diketahui bahwa 75 persen garam yang kita makan berasal dari makanan olahan dan kemasan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penggunaan garam sebagai pengawet, yang membantu memperpanjang umur simpan makanan.

Namun, bukan hanya makanan yang rasanya asin seperti keripik dan daging olahan yang berkontribusi terhadap asupan garam berlebih. Produk manis seperti kue, kue kering, dan muffin juga dapat mengandung banyak garam, meskipun rasanya tidak asin.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Menaburi Siput dengan Garam?

Makanan siap saji pun bisa mengandung banyak garam meskipun terlihat seperti makanan seimbang. Produk versi rendah lemak dan rendah gula sering kali mengandung lebih banyak garam untuk meningkatkan profil rasa, jadi periksalah labelnya.

Saat membaca label makanan, ingatlah bahwa natrium tercantum pada label, dan ini hanya sebagian dari garam – 5 gram garam atau kurang yang direkomendasikan WHO setara dengan 2000 mg natrium.

Intinya adalah bahwa setiap pengurangan kecil asupan garam dapat membantu mengurangi risiko kesehatan, dan tidak ada kata terlambat untuk mulai menguranginya.

Jadi, lain kali saat memasak atau ingin memesan makanan, berpikirlah dua kali untuk mempertimbangkan asupan garam agar lebih sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com