Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Jauh Mikroplastik Dapat Menyusup ke Paru-paru?

Kompas.com - 13/05/2024, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Fragmen kecil polusi plastik menyerang tubuh manusia setiap hari tanpa disadari, tidak hanya dari makanan dan minuman, tetapi juga dari pernapasan.

Menurut beberapa perkiraan, rata-rata manusia menghirup plastik "sebesar" kartu kredit setiap minggunya dengan dampak kesehatan yang tidak diketahui. Pada tahun 2022, para ilmuwan untuk pertama kalinya menemukan mikroplastik bersembunyi di bagian terdalam paru-paru manusia.

Penyebaran plastik ke seluruh dunia tidak hanya menjangkiti manusia, namun juga menjalar ke dalam tubuh, dan para ilmuwan kini bergegas untuk mencari tahu kemana perginya polutan-polutan ini ketika kita menghirupnya, berapa lama mereka bertahan, dan apakah mereka mempunyai efek yang beracun.

Seberapa jauh mikroplastik mencapai paru-paru?

Para peneliti di University of Technology Sydney (UTS) kini telah melacak aliran plastik melalui sistem pernapasan. Model yang merekabhuat didasarkan pada upaya perintis pada tahun 2023 untuk mengidentifikasi titik-titik panas tempat mikroplastik dan nanoplastik mungkin berkumpul di saluran udara kita.

Penelitian sebelumnya berfokus pada pemodelan saluran napas bagian atas, namun studi baru ini mempertimbangkan bagaimana udara dan partikel mengalir melalui seluruh saluran, dari rongga hidung hingga ke pohon bronkial generasi ke-13.

Baca juga: Studi Baru Kaitkan Mikroplastik dengan Serangan Jantung dan Stroke

Penelitian ini juga memodelkan tiga tingkat pernapasan yang berbeda – lambat, sedang, dan cepat – serta tiga ukuran pecahan plastik yang berbeda; mikroplastik besar, mikroplastik, dan nanoplastik.

Peneliti mengungkapkan, hasilnya adalah keseimbangan yang rumit, antara cara gravitasi menarik plastik ke permukaan dan cara angin meniupkannya ke sepanjang lorong.

Pada tingkat pernapasan normal, model tersebut menunjukkan bahwa mikroplastik di udara dapat menutupi setengah luas permukaan rongga hidung.

Pada tingkat pernapasan yang lebih lambat, polutan berukuran sedang sebagian besar disimpan di saluran napas bagian atas, termasuk rongga hidung, kotak suara, dan persimpangan yang menghubungkan batang tenggorokan ke tenggorokan.

Sementara itu, partikel yang lebih kecil seperti debu tersebar lebih merata di seluruh saluran pernapasan bagian atas dan bawah.

Baca juga: Temuan Mikroplastik di Situs Arkeologi, Ilmuwan Beri Peringatan

Para peneliti menyimpulkan, mikroplastik yang lebih besar menunjukkan kecenderungan pengendapan yang cepat di saluran napas bagian atas, sedangkan nanoplastik yang lebih kecil menunjukkan kemungkinan lebih tinggi untuk lepas atau mencapai saluran napas yang lebih dalam.

Tim peneliti mengatakan bahwa model peneliti di masa depan harus mencakup informasi tentang bagaimana partikel plastik dapat menyusup ke kantung alveolar, tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida, dan juga bagaimana lendir serta silia di saluran pernapasan dapat menjebak atau membersihkan plastik.

Temuan mereka mendukung penelitian sebelumnya yang membuat para ilmuwan menduga bahwa semakin kecil pecahan plastik, semakin besar kemungkinannya untuk menembus lebih dalam ke paru-paru, dan kemungkinan menyusup ke kantung alveolar.

Ketika terhirup, bukti eksperimental dengan kuat menunjukkan bahwa plastik yang sangat kecil mempunyai kapasitas untuk memicu peradangan, stres oksidatif, kerusakan jaringan paru-paru, atau disfungsi sistemik pada saluran pernapasan.

Namun, sejauh ini, penelitian tentang potensi dampak mikroplastik terhadap kesehatan sebagian besar terbatas pada model hewan dan sel manusia.

Satu pengecualian baru-baru ini adalah penelitian pada pasien operasi, yang menemukan bahwa mereka yang memiliki lebih banyak plastik di arteri utama tubuhnya memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, atau kematian pada tahun-tahun berikutnya. Mengingat dampaknya, hubungan antara kesehatan jantung dan polutan plastik perlu dieksplorasi lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com