KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat wajah tersenyum di benda mati seperti awan, batu, atau bahkan di bungkus roti?
Fenomena ini dikenal sebagai pareidolia, sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan persepsi manusia dalam melihat pola yang berarti, seperti wajah atau bentuk yang dikenal, di benda-benda yang sebenarnya tidak memiliki makna.
Baca juga: Terminal Lucidity, Fenomena Orang Sakit yang Mendadak Sehat Sebelum Meninggal
Dikutip dari Livescience, pareidolia adalah fenomena di mana orang melihat wajah atau pola lain dalam gambar yang ambigu.
Contohnya adalah melihat wajah di awan, bentuk hewan di awan, atau gambar-gambar lain di objek atau pola yang sebenarnya tidak memiliki arti tertentu.
Pareidolia seringkali dianggap sebagai contoh dari proses kognitif yang kompleks, tetapi juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana otak manusia menciptakan makna dari stimulus lingkungan yang kompleks.
Studi tahun 2020 di jurnal Psychological Science mengungkapkan bahwa manusia telah mengembangkan adaptasi otak untuk dengan cepat mengenali wajah dari berbagai pemandangan visual yang kompleks.
Akibatnya, pareidolia wajah sering muncul sebagai "false positive" dalam sistem pemrosesan visual yang cepat ini.
Menariknya, otak manusia tidak hanya melihat fitur wajah pada objek seperti keju panggang atau tumpukan batu secara acak, tetapi juga mengatributkan emosi pada gambar-gambar tersebut.
Baca juga: Anemoia, Merindukan Masa Lalu yang Tidak Pernah Kita Alami
Pareidolia juga dapat memberikan wawasan tentang gangguan otak tertentu, seperti gangguan spektrum autisme (ASD) atau Parkinson.
Anak-anak dengan ASD mungkin mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi pareidolia wajah, sementara penderita Parkinson dan demensia Lewy Body mungkin mengalami lebih banyak pareidolia.
Pareidolia, fenomena melihat pola yang bermakna di tempat yang sebenarnya tidak ada, dapat mempengaruhi siapa pun, tanpa memandang latar belakang atau situasi tertentu. Namun, ada beberapa faktor yang mungkin membuat individu lebih rentan mengalami pareidolia.
Sebagai contoh, dikutip dari Lenstore, sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang neurotik atau sedang dalam suasana hati negatif lebih cenderung mengalami pareidolia, mungkin karena mereka lebih waspada terhadap bahaya sehingga lebih mungkin untuk melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Selain itu, perempuan tampaknya lebih rentan melihat wajah di tempat yang sebenarnya tidak ada.
Hal ini mungkin terkait dengan kemampuan mereka yang lebih baik dalam mengenali emosi melalui ekspresi wajah.
Baca juga: Viral, Video Awan Panas Gunung Merapi Berbentuk Petruk, Peneliti: Fenomena Pareidolia
Artikel ini dibuat dengan bantuan artificial intelligence (AI). Dimohon untuk bijak memanfaatkan informasi. Jika Anda menemukan ada kesalahan informasi atau kesalahan konteks, silakan memberi tahu kami ke redaksikcm@kompas.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.