Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kegagalan Pandemi Covid-19, Ini Rekomendasi Panel WHO Cegah Bencana Berikutnya

Kompas.com - 14/05/2021, 11:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Menurut panel ahli independen yang ditunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sistem global harus diperbarui agar bisa merespons wabah penyakit baru lebih cepat dan memastikan tidak ada virus di masa depan yang bisa memicu bencana seperti pandemi Covid-19.

Seperti diberitakan sebelumnya, Panel ahli independen untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi (IPPPR) menilai bahwa sebenarnya pandemi Covid-19 bisa ditangani.

Namun karena banyak kekurangan sejak awal, termasuk respons dan pengumuman kondisi darurat yang lambat, kegagalan menghentikan mobilitas, dan negara-negara lalai dalam menanggapi pandemi, justru menyebabkan virus lebih cepat menyebar dan melumpuhkan dunia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, WHO harus diberi wewenang untuk mengirimkan pakar penyelidik secepatnya untuk mengejar wabah penyakit baru, dan mempublikasikan temuan lengkap tanpa penundaan.

Baca juga: Panel WHO: Seharusnya Bencana Pandemi Covid-19 Bisa Dicegah, tapi...

"Sangat penting untuk memiliki WHO yang diberdayakan," kata ketua panel dan mantan Perdana Menteri Selandia Baru Helen Clark kepada wartawan pada peluncuran laporan COVID-19: Make It the Last Pandemic.

"Kami menyerukan sistem pengawasan dan peringatan baru yang didasarkan pada transparansi dan memungkinkan WHO untuk segera mempublikasikan informasi," kata Ketua bersama Ellen Johnson Sirleaf, mantan presiden Liberia seperti dilansir dari Reuters, Kamis (13/5/2021).

Menteri kesehatan akan memperdebatkan temuan tersebut pada pembukaan sidang tahunan WHO pada 24 Mei 2021. Para diplomat mengatakan Uni Eropa mendorong upaya reformasi di badan PBB tersebut meskipun ini akan memakan waktu.

"Kami berharap dapat bekerja dengan negara-negara anggota kami untuk membahas rekomendasi panel ini dan komite lainnya untuk membangun WHO yang lebih kuat," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreysus.

Panel tersebut mendesak WHO dan Organisasi Perdagangan Dunia untuk mengumpulkan pemerintah dan pembuat obat untuk menuntaskan kesepakatan tentang perizinan sukarela dan transfer teknologi untuk meningkatkan produksi vaksin.

Jika kesepakatan tidak dapat dicapai dalam tiga bulan, maka pengesampingan TRIPS tentang paten harus diterapkan, katanya.

"Mari kita perjelas tentang ini. Kita berurusan dengan perusahaan farmasi di utara yang memiliki teknologi itu," kata Johnson Sirleaf.

Warga berbelanja di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (11/5/2021). Meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19, pasar tradisional hingga pasar swalayan ramai dipadati pengunjung yang hendak berbelanja berbagai kebutuhan untuk Lebaran.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Warga berbelanja di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (11/5/2021). Meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19, pasar tradisional hingga pasar swalayan ramai dipadati pengunjung yang hendak berbelanja berbagai kebutuhan untuk Lebaran.

Beberapa bulan yang hilang

Para ahli mencatat bahwa dokter China di pusat kota Wuhan telah melaporkan kasus pneumonia yang tidak biasa pada Desember 2019. Laporan itu diterima WHO dari Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan dan lainnya.

Tetapi ketika Komite Darurat WHO bertemu pada 22 Januari 2020, mereka tidak langsung mengumumkan darurat kesehatan global.

Pernyataan itu tidak muncul sampai delapan hari kemudian. Menurut panel ahli, ini membuang waktu yang sangat penting.

Komite, yang bertindak di bawah Peraturan Kesehatan Internasional WHO, juga menolak untuk mendukung pembatasan perjalanan internasional yang akan memperlambat penyebaran virus. Para ahli mengatakan pedoman tersebut perlu diubah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com